Laman

Tuesday, July 5, 2011

13 Fakta Puree (MP-ASI)

Seusai masa ASI eksklusif, saatnya dia mendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI). Sebagai ibu, kita mutlak paham perihal bahan makanan pendamping ASI yang sebaiknya diberikan pada bayi, serta cara mengolah dan menyajikannya agar manfaatnya bagi tumbuh kembang anak teraih optimal.

  1. Apa itu pure?
    Pure artinya bahan makanan yang dilembutkan. Jenis makanan ini paling banyak disajikan di awal pemberian makanan padat pertama bagi bayi. Hampir semua bahan makanan dapat dibuat pure dan aman untuk bayi. Yang penting, pengolahannya harus benar agar kandungan nutrisi dan citarasanya tetap terjaga.
  2. Kapan sebaiknya diberikan dan berapa porsinya?
    Sebaiknya berikan setelah masa pemberian ASI eksklusif selesai, yakni setelah bayi berusia 6 bulan. Pemberian MP-ASI ini sebaiknya bertahap, disesuaikan perkembangan keterampilan makan bayi. Dimulai dengan yang teksturnya lembut dan konsistensinya cair sampai yang kasar dan padat. Jumlah makanan yang diberikan pada si kecil pun harus bertahap, mulai dari yang sangat sedikit –1 sampai 2 sendok makan– hingga satu porsi yang normal bagi anak.
  3. Bagaimana cara mengolah bahan makanan yang tepat untuk dibuat pure?
    • Serealia. Umumnya, serealia seperti beras dan jagung harus dihaluskan dulu menjadi tepung sebelum diolah jadi makanan bayi. Namun, ada juga yang dimasak dulu menjadi bubur, baru dihaluskan.
    • Sayuran. Pilih sayuran yang tidak berserat banyak serta menghasilkan gas, misalnya daun bayam, buncis dan wortel. Bersihkan secara menyeluruh, kupas kulit wortel dan sejenisnya, serta potong jadi beberapa bagian. Cara terbaik untuk menyiapkan sayuran adalah dengan mengukusnya, lalu haluskan dengan blender atau food processor sampai menghasilkan tekstur yang diinginkan.
    • Buah. Ada buah yang bisa diberikan langsung tanpa dimasak seperti pisang, dan ada pula yang harus dimasak seperti apel. Untuk golongan yang kedua, cuci, kupas dan buang semua biji yang ada, lalu masukkan ke dalam panci. Beri air secukupnya sampai buah terendam dan rebus sampai lunak –biasanya sekitar 10-15 menit, tergantung jenis dan ukuran potongan buah. Setelah matang, haluskan seperti halnya sayuran.
    • Daging dan ikan. Pilih daging yang sedikit mengandung lemak, daging ayam tanpa kulit, atau daging ikan tanpa duri. Semua jenis daging tersebut harus dalam keadaan benar-benar matang, diberikan sedikit demi sedikit atau bertahap sesuai usia bayi, dan dicampur dengan bahan makanan lain. Hal ini mengingat sistem pencernaan dan ginjal bayi belum berkembang sempurna. Daging juga dapat direbus, dihaluskan dan dibekukan.
  4. Adakah urutan pemberian bahan makanan tersebut?
    Mula-mula tepung beras (serealia), lalu tambahkan bahan makanan lain. Menurut The American Academy of Pediatrics (AAP), tidak ada urutan khusus pemberian MP-ASI non-serealia. Artinya, mau sayuran atau buah dulu boleh; daging atau ikan dulu juga boleh. Jenis bahan makanan itu sebaiknya dikenalkan satu per satu agar bayi mengenali masing-masing rasanya serta kalau terjadi reaksi alergi mudah diketahui makanan apa penyebabnya. Bila perbendaharaan rasa bayi sudah cukup banyak, barulah mulai dicampur.
  5. Bagaimana dengan anjuran: kenalkan sayuran dulu daripada buah?
    Ini terkait dengan taste development. Saat lahir, bayi sudah dibekali atau mengenal rasa manis, sementara rasa asin dan lainnya harus dipelajari. Jadi, kenalkan dulu si kecil rasa sayuran yang hambar, kemudian buah yang manis. Beberapa pakar meyakini cara ini membuat anak kelak suka makan sayur.
  6. Apakah boleh mencampur bahan makanan manis dengan gurih?
    Boleh, karena variasi ini akan membuat memori citarasa dalam otak si kecil semakin kaya. Jadi, jangan ragu mencampur apel dengan daging ikan, misalnya. Tapi, sebaiknya tidak mencampur terlalu banyak bahan makanan untuk satu kali pemberian makan. Kombinasikan secara bergantian agar bayi dapat mengenal rasa masing-masing bahan makanan dengan baik.
  7. Mengapa bayi saya menolak pure yang saya berikan?
    Jangan buru-buru mengatakan si kecil menolak makanan yang Anda berikan. Karena, si kecil masih dalam tahap belajar makan. Sebetulnya dia bukan melepeh atau menolak makanan tersebut, tapi hal itu terjadi secara refleks karena si kecil belum terampil mengunyah dan menelan makanannya. Bersihkan saja mulutnya dengan lap bersih dan coba lagi menyuapinya. Jika dia masih menolak, tunda pemberian makanan yang sama untuk beberapa hari ke depan.
  8. Perlukah ditambahkan garam, gula atau madu ke dalam pure?
    Tidak perlu. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa penambahan garam pada makanan bayi akan menambah beban ginjal serta meningkatkan kemungkinan mereka mengalami penyakit tekanan darah tinggi saat dewasa kelak. Untuk gula, sebaiknya juga tidak ditambahkan karena bayi cukup puas dengan rasa manis alami bahan makanan, seperti buah. Selain itu, gula juga dapat memicu timbulnya kerusakan gigi. Sementara madu, sebaiknya dihindari sampai usia bayi 12 bulan, sebab dapat memicu penyakit botulisme, yakni keracunan makanan yang serius.
  9. Kalau ASI atau susu formula, boleh ditambahkan ke dalam pure?
    ASI atau susu formula boleh/bisa untuk mengencerkan pure kental. Selain mengencerkan, penambahan ASI juga memperkaya kandungan nutrisi pure. Apalagi, citarasanya sudah sangat dikenali bayi sehingga dia lebih mudah menerimanya. Penambahan ASI atau susu formula dilakukan pada pure sesaat sebelum Anda sajikan pada bayi. Anda boleh menggunakan ASI perah yang pernah dibekukan. Tapi, jangan lakukan penambahan ASI perah tersebut pada pure yang akan Anda bekukan. Karena, ASI perah yang sudah beku lalu dilelehkan, tidak boleh dibekukan kembali untuk menghindari kontaminasi bakteri dan kebaikan gizinya.
  10. Bayi saya lebih lahap bila makanannya ditambah santan atau mentega. Apakah penambahan tersebut tidak berbahaya bagi bayi?
    Tidak, asal tak berlebihan. Misalnya, tambahkan 1 sendok teh minyak, 1 sendok makan santan, atau 1 sendok teh mentega. Minyak, santan dan mentega berfungsi sebagai sumber energi dan pelarut vitamin A, D, E dan K untuk diserap tubuh bayi. Bahkan minyak sayur seperti minyak jagung, zaitun dan canola, merupakan sumber asam lemak esensial, yakni asam lemak omega 3 (asam alfa linolenat) dan asam lemak omega 6 (asam linoleat). Di dalam tubuh, asam lemak omega 3 akan diubah jadi EPA (Eikosapentaenoat) dan DHA (Dokosaheksaenoat) yang berperan dalam proses tumbuh kembang otak si kecil. Untuk menghindari garam, pilih mentega yang rasanya tawar. Untuk margarin, pilih yang tidak mengandung lemak trans.
  11. Bolehkah menambahkan bumbu dapur, seperti seledri atau bawang?
    Boleh. Jadikan bumbu dapur tersebut sebagai penambah cita rasa makanan saat bayi mulai makan makanan yang sudah dicampur-campur di usia 8 bulan. Tidak perlu terlalu banyak penambahan bumbu tersebut agar aroma atau rasanya tidak terlalu menyengat. Yang penting, cuci bersih dan cincang halus sebelum dicampurkan ke dalam bubur atau nasi tim bayi.
  12. Bagaimana kita bisa mengetahui bahan makanan tertentu yang menjadi penyebab timbulnya gejala alergi atau reaksi simpang makanan lainnya?
    Bila terjadi reaksi alergi –ringan maupun berat– seperti diare, kembung, muntah atau gatal-gatal, segera bawa anak ke dokter dan ceritakan riwayatnya. Untuk memastikan alergi terhadap bahan makanan tertentu, misalnya susu sapi, anak harus menjalani beberapa pemeriksaan, antara lain pemeriksaan darah dan tes kulit. Di bawah pengawasan dokter, orang tua juga dapat melakukan “diagnosis” dengan cara eliminasi-provokasi. Misalnya untuk dugaan alergi susu sapi, eliminasi adalah penghindaran susu sapi dan produk makanan yang mengandung susu sapi, seperti biskuit, selama 2 minggu. Bila setelah eliminasi gejala klinis membaik, maka kemungkinan anak menderita alergi susu sapi. Untuk memastikannya dilakukan provokasi, yaitu memberikan kembali susu sapi.
  13. Adakah hal-hal yang perlu diwaspadai dalam rangka pengenalan makanan padat pertama bagi bayi?
    Ada, antara lain:

    • Jangan sampai masa kritis pengenalan makanan padat di usia 6-9 bulan terlewati. Pada masa ini bayi perlu belajar keterampilan mengunyah dan menelan. Bila masa kritis terlewati, bayi akan mengalami kesulitan mengunyah dan menelan makanan keluarga, atau menolak makan bila diberi makanan padat. Misalnya, hanya mau makan makanan yang dihaluskan atau minum susu saja. Kebiasaan makan seperti ini tentu perlu upaya perbaikan yang serius.
    • Hindari pemberian makanan padat sebelum bayi berusia 6 bulan, karena:
    1. Sistem pencernaannya belum bekerja sempurna, sehingga memberatkan kerja organ pencernaan dan ginjalnya.
    2. Menyebabkan bayi kenyang dan malas mengisap ASI. Akibatnya, selain hilang 1-2 waktu menyusu, produksi ASI pun makin berkurang.
    3. Meningkatkan risiko timbulnya alergi atau reaksi simpang lainnya.