Laman

Saturday, May 12, 2012

10 Kesenian Di Provinsi Banten

Spoiler for 1. Angklung buhun:
Angklung buhun adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy. Buhun berarti tua, kuno (baheula ). Angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib) dan sakral. Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat Baduy.

Spoiler for 2. Angklung Gubrag:
Angklung Gubrag Merupakan salah satu kesenian tradisional yang sudah langka, namun masyarakat Desa Kemuning, Kecamatan Kresek – Kabupaten Tangerang masih melestarikan kesenian Angklung Gubrag pada acara khitanan, perkimpoian dan selamatan kehamilan. Pada masa lalu kesenian Angklung Gubrag dilaksanakan pada saat ritual penanaman padi dengan maksud agar hasil panen berlimpah.
Instrumen yang digunakan 6 buah angklung menggunakan bambu hitam, masing-masing memiliki nama: bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing dan panembal, dilengkapi dengan terompet kendang pencak dan seruling. Di atas angklung dikaitkan pita yang berasal dari kembang wiru, menurut kepercayaan kembang wiru dan air yang berasal dari angklung dipercaya dapat menjadi obat dan penyubur tanaman. Semua pemain berdiri tidak menari kecuali penabuh dogdog lojor menabuh sambil ngibing diiringi beberapa penari perempuan dengan kostum kebaya dan kain.

Spoiler for 3. Bendrong Lesung:
Bendrong Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di masyarakat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini merupakan tradisi masyarakat setempat dalammenyambut Panen Raya. Tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang telah membuahkan hasil.
Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampulkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkimpoian atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang.

Spoiler for 4. Debus:
Debus adalah seni pertunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan sultan ageng tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni budaya masyarakat banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di banten, permainan debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota serang.

Spoiler for 5. Dogdog Lojor:
Dogdog merupakan alat musik yang terbuat dari batang kayu bulat, tengahnya diberi rongga, namun kedua ujung ruasnya mempunyai bulatan diameter yang berbeda (± 12 – 15 cm) dengan panjang ± 90 cm. Pada ujung bulatan yang paling besar ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan dan diikat dengan bambu melingkar yang dipaseuk/baji untuk menyetel suara atau bunyi. Suara yang dihasilkan akan berbunyi dog dog dog (dalam telinga orang Sunda). Oleh karena itu alat ini diberi nama Dog Dog. Sedangkan kata lojor berarti lonjong atau lodor yang sepadan dengan kata panjang. Jadi Dogdog Lojor sama artinya dengan Dogdog Panjang.
Kesenian ini berkembang di Banten bagian Selatan Kabupaten Lebak, dengan pemain berjumlah 12 orang. Pada awalnya pertunjukan seni Dogdog Lojor ini, dilakukan sebagai pelengkap dalam rangka pelaksanaan upacara adat seperti Seren Taun, sedekah bumi ataupun ruwatan. Oleh karena itu, pertunjukan Dogdog Lojor dilaksanakan secara khidmat. Sejalan dengan perkembangan zaman, pertunjukan Dogdog Lojor dilakukan dengan penuh kegembiraan sehingga berkembang menjadi seni pertunjukan hiburan dan permainan rakyat.

Spoiler for 6. Dzikir Saman:
Seni Saman atau disebut juga Dzikir Maulud yaitu kesenian tradisional rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. berdasarkan literatur disebut Dzikir Saman karena berkaitan arti Saman yaitu Delapan dan dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh.
Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah.
pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab

Spoiler for 7. Kesenian Buaya Putih:
Kesenian tradisional yang berkembang di kampung curugdahu desa kadubeureum kecamatan padarincang kabupatne serang, iringan ngarak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan bahan-bahan keperluan hajatan yang menjadi ciri khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bambu yang dibentuk rangka mirip seekor buaya, dengan panjang mencapai 8 sampai 10 meter, dengan dihiasi janur kelapa. Buaya putih dimainkan secara keseluruhan oleh 40 orang, dimana 4 orang pemain laki-laki yang bertugas memegang umbul-umbul sebagai pembatas barisan, 2 orang bagian paling depan dan 2 orang lagi sebagai pemegang spanduk, 1 orang sebagai penarik penonton, di belakang 10 orang sebagai penari mojang desa, berdiri sepasang pengantin yang diapit kedua orang tua yang di lengkapi dengan seorang pembawa payung kebesaran. Dibagian tengah terdapat 4 orang sebagai pemikul buaya putih yang harus mampu memainkan buaya putih dengan baik, dibawah kendali seoranag pawang buaya yang bernama ma ijah, tarian buaya putih ini diiringi oleh 14 orang pemain musik rudat, dengan alat yang terdiri dari : Gending paria ria, kemplongan, dan gembrung.

Spoiler for 8. Pantun Bambu:
Pantung Bambu adalah alat musik tradisional khas masyarakat cilegon yang terbuat dari bambu berdiameter rata-rata 10cm, panjang 80cm, beruas dua dengan lubang di tengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar bernada empat tangga nada. Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan paling sedikit tiga pantun yang terdiri dari pantun melodi gendang tapak, pantun bas gendang dan pantun ritme patingtung. Pada awalnya musik pantun di mainkan disaat-saat melepas lelah setelah para petani berkerja disawah, dengan peralatan bambu sederhana dapat menimbulkan irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat alat musik "Pantun" telah di kolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtung, rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian.

Spoiler for 9. Terbang Gede:
Terbang gede merupakan salah satu kesenian tradisional Banten yang tumbuh dan berkembang pada waktu para penyebar agama islam menyebarkan ajarannya di Banten, oleh karena itu kesenian terbang gede berkembang secara pesat di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid.
Kesenian ini disebut terbang gede karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede). Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti : ngarak panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan.
Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa.

Spoiler for 10. Rampak Bedug:
Rampak Beduk merupakan sajian instrumen berupa perkusi, yang ditingkahi suara bedug berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain merah biru, yang dipukul oleh pemain yang berdiri di tengah. Di pinggirannya, kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali suara terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik tiup. Namun, tak ada sajian instrumen tiup. Yang terdengar, suara harmonis antara bedug dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul bedug kala sahur di bulan puasa. Yang kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras memukul bedug. Alhasil terjadilah pertemuan antar mereka, saling beradu kekuatan bedug. Tari Rampak Beduk Banten dimainkan oleh secara masal. Sekilas, gerakannya mirip tarian dari daerah Aceh.

Tuesday, May 8, 2012

10 Kota Terbesar Indonesia dan Makanan Khasnya

Indonesia terdiri dari 33 provinsi dengan jumlah penduduk 237.556.363 jiwa (menurut perkiraan sensus 2010) dan memiliki beberapa kota-kota besar dengan jumlah penduduk di kota-kota besar tersebut di atas 1 juta penduduk. Setiap kota-kota besar ini memiliki keadaan perekonomian, kebudayaan, infrastruktur yang berbeda-beda, termasuk untuk kuliner atau makanan khasnya. Berikut ini adalah 10 makanan khas Indonesia dari 10 kota besar di Indonesia sebagai rujukan wisata kuliner.
Quote:
1. Asinan Jakarta dari Jakarta
Jakarta adalah ibukota negara Indonesia juga merupakan kota terbesar di Indonesia. Jakarta kota metropolitan, pusat segala pemerintahan, perdagangan, industri, perekonomian hampir semua ada di Jakarta. Jakarta sebagai propinsi daerah khusus istimewa (DKI) memiliki populasi penduduk yang sangat padat yaitu 9.607.787 jiwa (menurut sensus penduduk 2010). Dengan segala dinamikanya Jakarta juga sangat menarik untuk dijadikan salah satu tujuan wisata termasuk wisata kuliner. Berikut ini adalah beberapa makanan khas Jakarta (termasuk Betawi); Asinan Jakarta, Soto Betawi, Kerak Telor, Ketoprak, Bir Pletok, Roti Buaya, Nasi Kebuli, Es Teler, Lontong Sayur Khas Betawi dan lain sebagainya.
Quote:
Quote:
2. Lontong Balap dari Surabaya
Surabaya sebagai ibukota provinsi Jawa Timur termasuk kota terbesar kedua di Indonesia dengan populasi penduduk sebanyak 2.765.487 jiwa. Surabaya menjadi pusat bisnis, perekonomian, perdagangan, industri, pendidikan di wilayah Indonesia bagian timur. Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan dan memiliki beberapa objek wisata yang menarik. Makanan khas Surabaya juga sangat terkenal seperti; Lontong Balap, Rawon, Rujak Cingur, Tahu Tek, Pecel Surabaya dan lainnya.
Quote:
Quote:
3. Nasi Timbel dari Bandung
Bandung adalah salah satu kota terbesar di Indonesia dan merupakan ibukota provinsi Jawa Barat, dengan populasi penduduk sebanyak 2.394.873 jiwa. Banyak julukan untuk Bandung seperti Kota Kembang, Paris Van Java, kota belanja karena banyak terdapat factory outlet di Bandung. Bandung juga merupakan kota tujuan wisata dan berangsur-angsur menjadi kota wisata kuliner. Bandung memiliki makanan khas yang sangat terkenal seperti; Karedok, Batagor, Siomay, Nasi Timbel, Peuyeum, Es Goyobod, Colenak, Gurame Bakar, Serabi, Soto Bandung, Ambokueh, Oncom, dan masih banyak lagi.
Quote:
Quote:
4. Bika Ambon dari Medan
Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota terbesar ke empat di Indonesia dengan jumlah penduduk 2.097.610 jiwa. Medan merupakan pintu gerbang Indonesia wilayah bagian barat. Medan memiliki objek wisata yang terkenal seperti Brastagi, Danau Toba dll. Medan juga memiliki wisata kuliner yang terkenal seperti; Soto Medan, Arsik, Lemang, Lomok-Lomok, Pisang Molen, Sambel Hebi, Tipa-Tipa dan lain sebagainya. Bika Ambon merupakan penganan khas Medan, walaupun bernama “Ambon” (nama kota di Maluku) namun Bika Ambon adalah asli Medan.
Quote:
Quote:
5. Lumpia dari Semarang
Semarang adalah ibukota provinsi Jawa Tengah dan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan populasi penduduk sekitar 1.555.984 jiwa. Semarang tengah giat-giatnya menggalakan sektor pariwisatanya. Semarang juga memiliki wisata kuliner yang terkenal seperti; Lumpia Semarang, Wingko Babat, Bandeng Presto, Tahu Gimbal, Soto Semarang, Sego Goreng Babat Semarang, dan lain sebagainya.
Quote:
Quote:
6. Pempek dari Palembang
Palembang merupakan ibukota Sumatera Selatan dan menjadi salah satu kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 1.455.284 jiwa. Baru-baru ini Palembang sukses menjadi tuan rumah penyelenggaraan pesta olahraga Asia Tenggara “Sea Games” ke 26 tanggal 11-22 November 2011. Palembang dijuluki sebagai “Bumi Sriwijaya” memiliki objek wisata dan wisata kuliner yang terkenal. Banyak etnis Tionghoa yang tinggal di Palembang dan berpengaruh pada kuliner Palembang yang merupakan hasil asimilasi dari etnis Tionghoa dan Melayu, seperti; Pempek, Tekwan, Model, Laksan, Mie Celor, Lakso, Pindang Patin, Malbi, Tempoyak, Otak-otak, Kemplang, Kue Sarikayo, dan lain sebagainya.
Quote:
Quote:
7. Coto Makasar dari Makassar
Makassar adalah ibukota provinsi Sulawesi Selatan dan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan populasi penduduk sebanyak 1.338.663 jiwa. Makassar menjadi kota besar di Indonesia karena pembangunan di Makassar melaju dengan pesat. Makasar memiliki wisata yang terkenal seperti; Pantai Losari, Fort Rotterdam, Benteng Sombaopu, Trans Studio dll. Makassar juga memiliki makanan khas yang terkenal seantero nusantara seperti; Coto Makassar, Sop Konro, Roti Maros, Pisang Ijo, Es Palubutung, Jalangkote, Dangke, Kapurung dan lainnya.
Quote:
Quote:
8. Sambal Belacan dari Pekanbaru
Pekanbaru merupakan ibukota provinsi Riau dan salah satu kota terbesar di Indonesia dengan populasi pennduduk sebanyak 897.767 jiwa. Pekanbaru sedang dikembangkan menjadi kota dagang dengan keragaman suku dan etnis. Pekanbaru memiliki beberapa makanan khas yang terkenal seperti; Sambal Belacan, Gulai Sambal Belacan, Juice Tiga Rasa, Gender Ketan Hitam, Kue Bangket Jeruk Nipis dan lain sebagainya.
Quote:
Quote:
9. Rendang dari Padang
Padang adalah ibukota provinsi Sumatera Barat dan merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia. Padang menjadi pusat perekonomian di Sumatera Barat salah satunya adalah pabrik semen yang terkenal, PT Semen Padang. Pariwisata di Padang berkembang pesat. Padang memiliki makanan khas yang sangat terkenal di seluruh Indonesia bahkan masakan Rendang terkenal hingga luar negeri. Bahkan warung Padang dapat ditemui dengan mudah dimana saja. Berikut ini adalah makanan khas Padang; Rendang, Dendeng Balado, Gulai, Kalio Dagiang, Sate Padang, Sambal Ijo, Ayam Pop, Paru Goreng, dan masih banyak lagi.
Quote:
Quote:
10. Gudeg dari Yogyakarta
Yogyakarta atau Jogja merupakan propinsi daerah istimewa yang memiliki empat kabupaten, dengan penduduk sekitar 3.452.390 jiwa (menurut sensus 2010), menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Jogja sangat kental dengan kebudayaan dan adat istiadat. Jogja juga dikenal sebagai kota pelajar, karena ada sekitar 136 jumlah perguruan tinggi di Provinsi DIY. Jogja juga merupakan kota wisata dan memiliki banyak objek wisata yang terkenal. Jogja juga terkenal dengan kota Gudeg, makanan khas Jogja. Jogja juga memiliki beberapa makanan khas sebagai wisata kuliner, seperti; Bakmi Jawa, Bakpia, Gudeg, Wedang Secang, Jadah Bacem, Nasi Kucing, Sambel Goreng Krecek, Sate Klathak, Kopi Jos dan masih banyak lagi.
Quote:

Mengenal Sosok Henry Dunant : Bapak Palang Merah Dunia



Quote:
Jean Henri Dunant yang juga dikenal dengan nama Henry Dunant lahir 8 Mei 1828 – meninggal 30 Oktober 1910 pada umur 82 tahun, adalah pengusaha dan aktivis sosial warga negara Swiss juga dikenal sebagai Bapak Palang Merah Dunia. Dunant lahir di Jenewa, Swiss, putra pertama dari pengusaha Jean-Jacques Dunant dan istrinya Antoinette Dunant-Colladon. Keluarganya adalah penganut mashab Kalvin (Calvinist) yang taat serta mempunyai pengaruh yang signifikan di kalangan masyarakat Jenewa. Kedua orangtuanya menekankan pentingnya nilai kegiatan sosial. Ayahnya aktif membantu anak yatim-piatu dan narapidana yang menjalani bebas bersyarat, sedangkan ibunya melakukan kegiatan sosial membantu orang sakit dan kaum miskin. Dunant tumbuh pada masa kebangkitan kesadaran beragama yang dikenal dengan nama Réveil.

Pada usia 18 tahun, dia bergabung dengan Perhimpunan Amal Jenewa (Geneva Society for Alms Giving). Pada tahun berikutnya, bersama teman-temannya, dia mendirikan perkumpulan yang disebut ”Thursday Association”, sebuah kelompok anak muda tanpa ikatan keanggotaan resmi yang melakukan pertemuan rutin untuk mempelajari Bibel dan menolong kaum miskin. Waktu senggangnya banyak dia habiskan untuk mengunjungi penjara dan melakukan kegiatan sosial.

Pada tanggal 30 November 1852, Dunant mendirikan cabang YMCA di Jenewa. Tiga tahun kemudian, dia berpartisipasi dalam pertemuan Paris yang bertujuan membentuk YMCA menjadi sebuah organisasi internasional.

Pada tahun 1849, ketika berusia 21, Dunant terpaksa meninggalkan Kolese Kalvin (Collège Calvin) karena prestasi akademisnya buruk. Dia kemudian menjadi pekerja magang di perusahaan penukaran uang bernama Lullin et Sautter. Setelah masa magangnya selesai dengan prestasi baik, dia diangkat sebagai karyawan bank tersebut.

Pada tahun 1853, Dunant mengunjungi Aljazair, Tunisia, dan Sisilia karena ditugaskan oleh perusahaan yang melayani “wilayah-wilayah jajahan Setif”, yaitu perusahaan bernama Compagnie genevoise de Colonies de Sétif. Meskipun pengalamannya kurang, Dunant berhasil menyelesaikan penugasan tersebut dengan memuaskan.

Pada tahun 1859 Jean Henri Dunant melakukan perjalanan untuk urusan bisnis. Dunant tiba di Solferino pada petang hari tanggal 24 Juni 1859, tepat ketika pertempuran antara kedua pihak tadi baru saja selesai. Dia menyaksikan akibat-akibat dari Pertempuran Solferino, sebuah lokasi yang dewasa ini merupakan bagian Italia. Perang mengerikan antara pasukan Prancis dan Italia melawan pasukan Austria di Solferino, Italia Utara pada tanggal 24 Juni 1859. Tidak kurang 40.000 tentara terluka menjadi korban perang, sementara bantuan medis tidak cukup merawat korban sebanyak itu. Tergetar penderitaan tentara yang terluka, Henry Dunant bersama penduduk setempat mengerahkan bantuan menolong mereka. Sekembalinya ke Jenewa pada awal bulan Juli, Dunant memutuskan menulis sebuah buku tentang pengalamannya itu, yang kemudian dia beri judul Un Souvenir de Solferino (Kenangan Solferino). Buku ini diterbitkan pada tahun 1862 dengan jumlah 1.600 eksemplar, yang dicetak atas biaya Dunant sendiri. Henry Dunant mengajukan 2 gagasan. Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong prajurit yg terluka di medan perang. Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yg cedera dan sukarelawan serta organisasinya yg menolong saat terjadinya perang.

Pada 1863 Henry Dunant bersama keempat kawannya merealisasi gagasan tersebut dengan mendirikan komite internasional untuk nantuan para tentara yang cedera, sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau Committee of The Red Cross (ICRC) merupakan lembaga kemanusiaan bersifat mandiri, sebagai penengah dan netral pada tahun 1863. Dalam perkembangannya Palang Merah Internasional juga memiliki Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau International Federation of Red Cross dan Red Crescent (IFRC). Semangat Henry Dunant inilah yang mengilhami terbentuknya Perhimpunan Nasional Palang Merah Nasional dan Bulan Sabit Merah yang didirikan hampir di setiap negara di seluruh dunia berjumlah 176 perhimpunan nasional. Sedang gagasan kedua Henry Dunant direalisasi Pemerintah Swiss dengan mengadakan konferensi Jenewa dengan menghasilkan Konvensi Jenewa (1864) yang terus dikembangkan sehingga dikenal sebagai Konvensi Jenewa 1949.

Pada tahun 1901, Henry Dunant menerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang pertama, bersama dengan Frédéric Passy. Jean Henri Dunant meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 1910, dan kata-kata terakhirnya ialah“Kemana lenyapnya kemanusiaan?” Sesuai keinginannya, Dunant dikuburkan tanpa upacara di Kompleks Pemakaman Sihlfeld di Zurich. Dalam surat wasiatnya, dia mendonasikan sejumlah uang untuk menyediakan satu “ranjang gratis” di panti jompo di Heiden tersebut, yang harus selalu tersedia untuk warga miskin kawasan itu. Dia juga memberikan sejumlah uang, melalui akte notaris, kepada teman-temannya dan kepada organisasi amal di Norwegia dan Swiss.

Hari ulang tahunnya, 8 Mei, dirayakan sebagai Hari Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Sedunia (''World Red Cross and Red Crescent Day''). Panti jompo di Heiden yang dulu menampungnya itu sekarang menjadi Museum Henry Dunant. Di Jenewa dan sejumlah kota lain ada banyak sekali jalan, lapangan, dan sekolah yang dinamai dengan namanya. Medali Henry Dunant, yang dianugerahkan setiap dua tahun oleh Komisi Tetap Gerakan Palang Merah dan Palang Merah Internasional, merupakan penghargaan tertinggi yang dianugerahkan untuk Henry Dunant .