Laman

Friday, June 15, 2012

71 Hewan Terlangka di Indonesia

Hewan pada daftar berikut, diawali dengan nama ilmiah, diikuti dengan nama dalam bahasa Inggris dan nama lokal dalam bahasa indonesia (jika tersedia). Beberapa juga dilengkapi dengan penjelasan singkat. Untuk gambar dan penjelasan lebih lengkap, silakan klik link (tautan) yang tersedia.
Quote:
71 Hewan Paling Langka di Indonesia. Daftar berikut berisikan 71 hewan yang paling langka di Indonesia. Pemilihannya didasarkan pada status konservasi UICN Redlist(daftar status kelangkaan suatu spesies.) dimana ke-71 hewan ini berstatuskan Critically Endangered(status keterancaman tertinggi.)


1. Adrianichthys kruyti (Duck-billed Buntingi). Ikan endemik danau Poso, Sulawesi.

2. Ailurops melanotis (Talaud Bear Cuscus; Kuskus Beruang Talaud). Hewan langka ini endemik pulau Salibabu (Kepulauan Talaud) dan Sangihe di Sulawesi Utara. Penjelasan lebih lengkap baca: Kuskus Beruang.

3. Anoxypristis cuspidata (Knifetooth Sawfish; Ikan Hiu Todak).

4. Axis kuhlii (Bawean Deer; Rusa Bawean). Hewan langka dan endemik pulau Bawean, Jawa Timur dengan populasi antara 250-300 ekor (2006). Gambar dan keterangan selengkapnya baca Rusa Bawean.

5. Balaenoptera musculus ssp. intermedia (Antarctic Blue Whale; Paus Biru)

6. Batagur baska (Four-toed Terrapin; Tuntong). Spesies kura-kura yang tersebar di Bangladesh, Kambodia, India, Malaysia, dan Indonesia (Sumatera). Selengkapnya baca: Reptil Langka Indonesia.

7. Batagur borneoensis (Three-striped Batagur; Tuntong Laut). Spesies kura-kura langka yang tersebar di Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

8. Betta miniopinna. Ikan air tawar endemik Indonesia dari famili Osphronemidae.

9. Betta spilotogena. Ikan air tawar endemik Indonesia dari famili Osphronemidae.

10. Bunomys coelestis (Lampobatang Bunomys; Tikus Bukit Surgawi). Endemik Sulawesi. Baca: Tikus-tikus Langka Indonesia.
11. Cacatua sulphurea (Yellow-crested Cockatoo; Kakatua Kecil Jambul Kuning). Populasi sekitar 7.000 ekor. Selengkapnya baca: Kakatua Kecil Jambul Kuning.

12. Carcharhinus hemiodon (Pondicherry Shark; Hiu Pondicherry).
13. Carpococcyx viridis (Sumatran Ground-cuckoo; Tokhtor Sumatera).
14. Charmosyna toxopei (Blue-fronted Lorikeet; Perkici Buru). Burung parrot langka endemik pulau Buru, Maluku. Gambar dan penjelasan lengkap baca: Burung Perkici Buru.
15. Chelodina mccordi (Roti Island Snake-necked Turtle; Kura-kura Rote). Baca: Kura-kura Leher Ular.

16. Chilatherina sentaniensis (Sentani Rainbowfish). Ikan air tawar endemik Papua.

17. Colluricincla sanghirensis (Sangihe Shrike-thrush; Anis Betet Sangihe). Burung endemik Sangihe

18. Columba argentina (Silvery Wood-Pigeon; Merpati Hutan Perak).
19. Corvus unicolor (Banggai Crow; Gagak Banggai). Burung langka endemik Sulawesi. Gambar dan keterangan lainnya, baca: Gagak Banggai.
20. Crocodylus siamensis (Siamese Crocodile; Buaya Siam). Baca: Buaya Siam.
21. Cyornis ruckii (Rueck’s Blue-Flycatcher; Burung Sikatan Aceh)
22. Dendrolagus mayri (Wondiwoi Tree-kangaroo; Kanguru Pohon Wondiwoi). Gambar dan penjelasan lengkap hewan langka ini baca: Kanguru Pohon Wondiwoi.

23. Dermochelys coriacea (Leatherback; Penyu Belimbing)
24. Dicerorhinus sumatrensis (Sumatran Rhinoceros; Badak Sumatera). Populasi sekitar 200 ekor.

25. Duttaphrynus sumatranus (Suamtera Toad; Kodok Sumatera)
26. Elephas maximus ssp. sumatranus (Sumatran Elephant; Gajah Sumatera)

27. Encheloclarias kelioides (sejenis catfish)

28. Eretmochelys imbricata (Hawksbill Turtle; Penyu Sisik)

29. Eutrichomyias rowleyi (Cerulean Paradise-Flycatcher; Burung Seriwang Sangihe)

30. Fregata andrewsi (Christmas Island Frigatebird; Burung Cikalang Christmas)
31. Latimeria chalumnae (Coelacanth; Ikan Raja Laut)
32. Leptophryne cruentata (Bleeding Toad; Katak Api)
33. Leucocephalon yuwonoi (Sulawesi Forest Turtle; Kura-kura Hutan Sulawesi. Populasi sekitar 250 ekor.
34. Leucopsar rothschildi (Bali Starling; Jalak Bali)
35. Macaca nigra (Celebes Crested Macaque; Beruk Hitam Sulawesi). Populasi sekitar 100.000 ekor (1998).
36. Macaca pagensis (Pagai Island Macaque; Beruk Mentawai). Populasi 2.100-3.700 ekor (2004).

37. Melomys fraterculus (Manusela Melomys; Tikus Seram)

38. Millepora boschmai (Fire Coral; Karang Api)

39. Monarcha boanensis (Black-chinned Monarch; Burung Kehicap Boano)
40. Nisaetus floris (Flores Hawk-Eagle; Elang Flores). Populasi 250 ekor (IUCN, 2005)
41. Otus siaoensis (Siau Scops-owl; Burung Celepuk Siau)

42. Pandaka pygmaea (Dwarf Pygmy Goby)
43. Panthera tigris ssp. sumatrae (Sumatran Tiger; Harimau Sumatera)

44. Philautus jacobsoni (Kodok Pohon Ungaran)
45. Pongo abelii (Sumatran Orangutan; Orangutan Sumatera). Populasi 6.500 ekor (2007).

46. Presbytis chrysomelas ssp. cruciger (Tricolored Langur: Surili)

47. Pristis microdon (Largetooth Sawfish; Hiu Gergaji Air Tawar)

48. Pristis zijsron (Narrowsnout Sawfish; Ikan Todak Sisir Panjang)

49. Protosticta gracilis (sejenis capung)
50. Protosticta rozendalorum (sejenis capung)


51. Pseudibis davisoni (White-shouldered Ibis; Burung Ibis Karau)

52. Pteropus aruensis (Aru Flying Fox; Kalong Pulau Aru)
53. Rhinoceros sondaicus (Javan Rhinoceros; Badak Jawa). Populasi 35-50 ekor.
54. Simias concolor (Pig-tailed Langur; Simpei Ekor Babi; Simakobu). Populasi 6.700 – 17.300 ekor (IUCN, 2006)

55. Spilocuscus rufoniger (Black-spotted Cuscus; Kuskus Tutul Hitam)

56. Spilocuscus wilsoni (Blue-eyed Spotted Cuscus; Kuskus Tutul Biak)

57. Sterna bernsteini (Chinese Crested Tern; Burung Camar China Berjambul)
58. Sturnus melanopterus (Black-winged Starling; Jalak Putih). Populasi antara 1.000 – 2.499 ekor (BirdLife, 2001).
59. Tarsius tumpara (Siau Island Tarsier; Tarsius Siau). Populasi 1.300 ekor (2009).

60. Thunnus maccoyii (Southern Bluefin Tuna; Tuna Tatihu)

61. Tylomelania kruimeli (Ikan endemik danau Mahalona, Sulawesi)

62. Urolophus javanicus (Java Stingaree; sejenis ikan Pari)

63. Uromys boeadii (Biak Giant Rat; Tikus Besar Biak)

64. Uromys emmae (Emma’s Giant Rat; Tikus Besar Pulau Owi)
65. Vanellus macropterus (Javan Lapwing; Burung Trulek Jawa)

66. Weberogobius amadi (Poso Bungu; Ikan Gobi Poso)

67. Xenopoecilus poptae (Popta’s Buntingi). Ikan endemik danau Poso, Sulawesi
68. Zaglossus attenboroughi (Sir David’s Long-beaked Echidna; Ekidna Mocong Panjang Sir Davis). Baca: Ekidna.

69. Zaglossus bartoni (Eastern Long-beaked Echidna; Ekidna Moncong Panjang Timur)

70. Zaglossus bruijnii (Western Long-beaked Echidna; Ekidna Moncong Panjang Barat)
71. Zosterops nehrkorni (Sangihe White-eye; Burung Kacamata Sangihe)

Cikal Bakal Legenda Bisnis Liem Sioe Liong

Perusahaan Liem berkembang biak karena dia mampu menjalin hubungan dengan petinggi negeri.


VIVAnews - Dalam dunia bisnis nama Sudono Salim atau Liem Sioe Liong sudah tak asing lagi. Pendiri Grup Salim ini sudah jadi legenda. Bisnisnya di mana-mana, seluruh pelosok negeri, bahkan lintas benua.

Karier awal Liem tak banyak yang tahu. Ia lahir di Tiongkok, 10 September 1915. Kekejaman Jepang pada 1936 membulatkan tekadnya merantau ke Kudus, Jawa Tengah, menyusul kakaknya Liem Sio Hie, dan dua pamannya Liem Kim Tjai dan Liem Ban Hong.

Sesampai di kota kretek, ia lalu bergabung dengan kakaknya dalam bisnis perdagangan minyak kacang tanah. Setelah itu, dia memperluas bisnisnya pada perdagangan cengkih dan jadi pemasok ke perusahaan-perusahaan kretek di Kudus.

Seperti dikutip dalam buku Soeharto dan Bangkitnya Kapitalisme Indonesia karya Richard Robison, pada 1945 perusahaan Liem berkembang biak karena dia mampu menjalin hubungan dekat dengan petinggi negeri ini. Ia berperan sebagai pemasok makanan, pakaian, obat-obatan. Saat memasok kebutuhan tentara inilah dia kenal dengan Soeharto yang saat itu masih menjadi Pangdam Diponegoro, Jawa Tengah.

Selain sektor perdagangan, Liem pada permulaan 1950 juga meluaskan bisnisnya ke sektor lain dengan mendirikan Bank Windu Kencana. Kemudian pada 1957 mendirikan Bank Central Asia. Sehingga saat Soeharto meraih kekuasaan pada 1966, Liem merupakan taipan yang sudah memiliki grup dengan berbagai macam usaha.

Kedekatan dengan Soeharto membuat Liem memiliki berbagai macam lisensi perdagangan. Pada komoditas terigu misalnya, dengan membangun Waringin Kencana, Liem berkongsi dengan Sudwikatmono, keluarga dekat Soeharto. Waringin berkembang pesat gara-gara diberi izin ekpsor kopi dan karet. Dalam impor, Waringin juga mendapat keuntungan dari komoditas cengkih.

Usahanya berkembang pesat dan Liem mulai melirik sektor otomotif. Dia membeli lisensi distribusi Volvo, Hino, dan Sumitomo. Memang usaha ini agak telat dibandingkan taipan-taipan lain, seperti William Soerjadjaja yang telah memiliki Toyota dan Daihatsu.

Di sektor manufaktur, Liem membangun pabrik terigu melalui PT Bogasari, pabrik tekstil melalui PT Tarumatex, dan pabrik semen pelalui PT Indocement. Di tepung terigu, dia mendapat lisensi mendistribusikan tepung terigu di Indonesia bagian barat dan pada 1983 Bogasari berhasil menguasai pasar terigu hingga US$400 juta.

Tak cuma terigu, semen hasil produksinya juga berhasil menguasai 30 persen pangsa pasar di Indonesia. Pembangunan infrastruktur yang jor-joran membuat pabrik ini semakin untung, dan produksinya pun terus bertambah hingga Indocement memiliki lima pabrik. Dalam bisnis semen, Liem berkongsi dengan Djuhar Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad.

Di sektor konstruksi dan properti dia bekerjasama dengan Ciputra melalui Grup Metropolitan yang membangun Wisma Metropolitan, Hotel Mandarin, dan kawasan rumah mewah Pondok Indah.

Di bidang perbankan, bisnis terpenting Liem adalah BCA. Ia menggandeng Mochtar Riady (pemilik Grup Lippo) dengan pembagian saham kala itu 24 dan 17,5 persen. Belakangan, BCA dan sejumlah aset Liem harus dilepas untuk menebus dana talangan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia sebesar Rp52 triliun.

Liem saat ini masih menguasai sejumlah bisnis lain, seperti Grup Indofood yang bergerak dalam bidang makanan dan First Pacific Holdings yang dikendalikan dari luar negeri. Bisnis ini sekarang dikendalikan anaknya, Anthoni Salim.
Liem, sejak kerusuhan meletup pada Mei 1998, memilih menghabiskan hari tuanya di Singapura, hingga meninggal pada Minggu 10 Juni 2012 lalu