Selama delapan hari di musim panas 1969, jutaan orang di dunia terpana. Inilah kemenangan program antariksa Amerika Serikat (AS). Tak diragukan lagi, inilah langkah teknologi terbesar abad ke -20.
Empat puluh tahun setelah Neil Armstrong dan Buzz Aldrin untuk kali pertama menginjakkan kakinya di atas bulan, sekte kecil para pencetus teori konspirasi muncul. Orang-orang ini yakin NASA telah memalsukan pendaratan di bulan itu untuk mengejek musuh mereka, Uni Soviet, dan memenuhi keinginan mendiang Presiden John F Kennedy untuk membawa manusia dengan selamat dari dan ke bulan pada akhir 1960-an.
”Saya memang tahu bahwa pendaratan di bulan itu memang palsu,” ujar pembuat film Bart Sibrel yang taktik interviu agresifnya pernah memicu Aldrin meninju wajahnya. ”Saya pertaruhkan hidup saya (mengenai hal itu),” imbuhnya.
Sibrel mungkin gila, tapi dia punya teman. Polling Gallup pada 1999 menemukan sekitar 6% orang Amerika ragu bahwa pendaratan Apollo 11 di bulan itu memang terjadi dan ada bukti anekdot yang memeringkatkan teori konspirasi seperti itu, yang dipicu dokumentasi dan internet, terus meningkat.
Sekitar 25% responden yang disurvei di majalah terbitan Inggris Engineering & Technology mengatakan tidak yakin ada manusia pernah mendarat di bulan. Segerombolan situs dan blog menyebarkan kecurigaan tentang ”kebohongan” NASA.
Lalu, pencarian di Google pekan ini untuk ”kebohongan pendaratan bulan Apollo” menghasilkan lebih dari 1,5 miliar petunjuk.
”Kami suka konspirasi,” ujar Roger Launius, kurator senior di National Air and Space Museum di Washington. “Pergi ke bulan itu susah dipahami dan lebih mudah bagi orang untuk menerima jawaban, ‘Yah, mungkin kami tidak pergi ke bulan. ‘Banyak yang naïf.”
Teori konspirasi tentang misi Apollo bermula tidak lama setelah astronot terakhir pulang dari bulan pada 1972. Bill Kaysing, penulis teknis untuk Rocketdyne yang mengembangkan mesin roket untuk program Apollo NASA, memublikasikan buku pada 1974 berjudul We Never Went To The Moon: America’s Thirty Billion Dollar Swindle (Kami Tidak Pernah Pergi Ke Bulan: Penipuan Tiga Puluh Miliar Dolar Amerika).
Di buku itu, Kaysing mengatakan, NASA kurang teknologi pada 1969 untuk mendaratkan manusia dengan selamat ke bulan, lalu astronot Apollo telah diracuni saat melewati sabuk radiasi Van Allen yang melingkari bumi dan foto NASA dari bulan memiliki hal tak lumrah yang mencurigakan.
Kaysing berteori NASA mengirim astronot Apollo 11 ke sebuah roket sampai hilang dari penglihatan lantas memindahkan kapsul bulan dan tiga penumpangnya ke sebuah pesawat kargo militer yang menjatuhkan kapsul itu delapan hari kemudian di Pasifik, tempatnya ditemukan. Sementara itu, Kaysing yakin NASA memfilmkan ”pendaratan bulan” di Area 51, markas militer berkeamanan tinggi di gurun Nevada dan mencuci otak astronot untuk meyakinkan kerja sama mereka.
Beberapa yakin teori Kaysing itu menginpirasi film Capricorn One pada 1978 di mana NASA memalsukan pendaratan mars di sebuah markas militer dan menjadi putus asa karena harus terus menutup-nutupinya. Beberapa yakin NASA merekrut Direktur Stanley Kubrick yang menyutradarai 2001: A Space Odyssey untuk memfilmkan pendaratan bulan ”palsu” itu.
Lantas bagaimana batu bulan? Yah, itu diambil dari bongkahan meteor bulan dari Antartika.
Beberapa puluh tahun kemudian, keyakinan Kaysing itu menginpirasi pembuatan Conspiraci Theory: Did We Land On The Moon? (Teori Konspirasi: Apa Kita Memang Mendarat Di Bulan?), sebuah dokumenter sensasional pada 2001 yang tayang di Fox TV yang menayangkan beberapa ketidakkonsistenan dalam foto dan tayangan video Apollo dari NASA.
Di antaranya, tidak ada bekas luncuran yang terlihat di bawah modul pendaratan; ada bayangan perempatan dan bukan paralel yang menunjukkan adanya sumber cahaya yang tidak alamiah; dan bendera Amerika yang ditancapkan terlihat melambai-lambai, padahal tidak ada angin di atas bulan.
Teori-teori ini lantas membuat NASA mengambil langkah tak umum dengan mengeluarkan siaran pers dan mem-posting bantahan di situsnya. Siaran pers itu dimulai dengan kalimat: ”Ya. Astronot-astronot itu memang mendarat di bulan.”
Dalam sejumlah dokumen, NASA telah mengatakan bahwa astronot Apollo melewati sabuk Van Allen terlalu cepat untuk mengekspos level bahaya radiasi; bahwa mesin modul tidak cukup kuat untuk meninggalkan lubang bekas luncuran; bahwa bayangan di foto itu terganggu lensa dengan sudut lebar dan topografi bulan; dan bahwa bendera terlihat melambai karena ada penahan horizontalnya.