Saturday, August 31, 2013
Tips Selamat dari Bom, Tsunami, & Kecelakaan ala US Navy SEAL
Liputan6.com, Washington DC: Bisakah seseorang selamat dari insiden penembakan di pusat perbelanjaan, jembatan runtuh, kecelakaan pesawat, angin ribut, kebakaran hutan, atau tsunami?
Ya, bisa! Ada banyak faktor yang bisa menyelamatkan Anda: kepercayaan diri, persiapan, dan sejumlah hal yang dijuluki "nafas pertempuran" atau "Rule of 3". Demikian pesan dari mantan anggota pasukan elit Amerika Serikat, Cade Courtley, penulis,10 Ways to Think and Act Like a SEAL - And Survive.
Bagi Courtley, yang pernah 9 tahun aktif bertugas memimpin operasi berisiko tinggi, kata kuncinya adalahsikap mental.
"Survival atau keselamatan didasarkan pada prioritas," kata dia, seperti dimuat News.com.au, Selasa(27/8/2014). "Apa yang harus Andalakukan adalah mencari tahu apa hal pertama yang bisa membunuh Anda dalam situasi tersebut." Penilaian dilakukan dari sana.
Courtley, yang menjadi pernah jadi penasehat keamanan di Irak dan Afghanistan membeberkan tips praktis dalam situsnya, sealsurvival.com. Petunjuk bagi orang-orang di luar militer yang berpotensi terjebak dalam situasi maut.
Quote:
Kapal Tenggelam
Ketika di dalam kapal, ketahui dengan pasti di mana jaket penyelamat berada, sekoci terdekat, dan setidaknya dua pintu keluar di arah beralawan dari posisi Anda.
Dan jika sampai terjatuh dalam air, "Coba untuk mencari lokasi kosong dari puing, tapi jangan menyelam. Rapatkan kaki dan lutut, silangkan tangan Anda di dada, dan tundukkan kepala, rapatkan dagu. Jika ada puing-puing, ini akan mengurangi risiko cedera ".
Quote:
Kecelakaan Pesawat
Saat terbang, usahakan memakai celana panjang dan atasan lengan panjang dari bahan-bahan yang takmudah terbakar. Hindari menggunakan sandal, sepatu dengan ujung terbuka, atau sepatu berhak tinggi. Semua itu akan membantu Anda mendaki puing-puing yang terbakar.
"Utamakan nyawa Anda daripada barang-barang pribadi!" Jangan menunda kesempatan melarikan diri dengan mencoba menyelamatkan barang-barang seperti laptop, dompet.
Quote:
Jembatan Runtuh
Jika mobil Anda masuk ke air, Courtley punya cara untuk selamat dari mimpi buruk tenggelam bersama kendaraan Anda.
"Secepatnya lepas sabuk pengamandan menurunkan jendela, lalu keluar," kata dia. "Jika jendela tidak terbuka, coba pecahkan jendela samping dengan benda keras atau tendang dengan kaki Anda.
Bagaimana jika jendela tak juga pecah? "Tetaplah tenang, tunggu hingga ketinggaian air hampir memenuhi mobil. Kondisi ini memungkinkan Anda membuka pintu (menurut pengalamanku, lebih mudah melakukannya dalam situasiitu)."
Quote:
Bom
Jika Anda berada di sekitar bom, dan masih punya kesempatan, jatuhkan diri Anda ke tanah, telungkup, tangan di belakang leher-- tutupi kepala Anda dengan jari jemari. Silangkan kedua kaki, dan buka mulut Anda untuk menghindari gangguan paru dan gendang telinga akibat dampak ledakan.
Quote:
Penembakan
Jika Anda berada di ruang publik besar seperti mal, sadari bahwa Anda dikelilingi orang-orang asing. Ini saatnya menyingkirkan telepon Anda, jangan hanya sibuk menggunakan telepon, putar kepalaAnda untuk mengamati situasi. Gunakan "kesadaran situasional".
"Jika ada penembakan, alat pemadam kebakaran dapat diaktifkan, menciptakan tabir asap yang memungkinkan Anda lolos dari jarak pandangnya."
Quote:Serangan Biokimia
Tanda-tanda serangan semacam ini,menurut Courtley, adalah permukaan sekitar ditutupi dengan zat berminyak, sejumlah besar burung, ikan, hewan kecil tiba-tiba ditemukan tewas, tercium bau aneh atau busuk, ada uap atau biasanya berupa awan yang terbang rendah.
Segera menuju ke ruangan tertutup atau lokasi penyelamatan, masuk dalam ruangan di lantai yang tinggi.Pastikan semua jendela dan lubang angin tertutup dengan menempelkan selotip.
Courtley mengatakan amat penting melakukan proses dekontaminasi secepat mungkin dengan cara melepas semua pakaian yang menempel di tubuh, tempatkan jauh-jauh. Cuci seluruh tubuh denganair sabun, hati-hati jangan menggosok terlalu kasar. Jika air tidak tersedia, bedak atau bahkan tepung bisa digunakan.
Courtley juga memberikan tips cara berpikir seperti anggota SEAL. Ini yang ia ungkapkan pada ABC News:
1. Persiapan awal
"Keselamatan hidup adalah tentangbagaimana persiapan seseorang," kata dia. "Awali dari pikiran Anda, kuatkan mental. Jika kerap melatih mental menghadapi situasi seperti itu, Anda akan bisa mengatasi situasi krisis yang sesungguhnya."
2. "Latihan tempur"
Ini berarti menyiapkan mental juga fisik dalam kondisi berbahaya. Bayangkan dengan mata tertutup Anda sedang memasang dan melepas sabuk pengaman. Atau sedang menurunkan dan menaikkan kaca jendela mobil. "JikaAnda kerap membayangkannya, Anda akan lebih mudah melakukannya. Terjadi begitu saja."
3. Percaya diri adalah kunci utama
"Jika Anda merasa tahu bagaimana menangani situasi, merasa yakin, iniakan lebih baik."
4. Latihan "pernafasan tempur"
Intinya adalah latihan mengontrol pernafasan. "Ambil nafas selama 4 detik, lepaskan dalam 4 detik, sangat sederhana,": kata dia. "Namun, Anda tak hanya akan mendapatkan oksigen, ini juga memberi Anda kesempatan untuk hidup." Untuk tidak panik.
5. Jaga semangat hidup
Jika Anda menemukan diri dalam situasi yang mengerikan, hal yang membantu Anda untuk fokus adalah motivasi hidup. "Buat pemicu. Apa hal yang paling pentingdalam hidup Anda? Bisa jadi keluarga. Misalnya, ingin melihat anak malam ini. Aku akan melakukan apa pun, apakah itu merangkak keluar dari mobil yang terbakar, memerangi pria dua kali ukuran Anda."
6. "Rule of 3"
Pikirkan 3 opsi agar Anda bisa keluar dari situasi darurat. opsi 1, opsi 2, opsi 3. Pikirkan hal pro dan kontra dari pilihan-pilihan itu, pilih satu dan lakukan!
7. Lakukan sesuatu!
Hal terburuk adalah tidak melakukan apapun. Jangan hanya menunggu seseorang datang untuk menyelamatkan Anda. "Jangan menunggu seseorang membantu. Mengharapkan pahlawan datang". Anda adalah pahlawan bagi diri Anda sendiri.
8. Jangan paranoid
Paranoid, terlalu waspada bukan cara untuk bertahan hidup. Camkan dalam benak Anda, "Oke, aku siap, aku sudah berpikir tentang hal itu, siap untuk itu, sekarang aku akan menjalani hidup karena saya tahu jika hal seperti itu terjadi, aku akan tahu bagaimana untuk menanganinya. "
9. Tas darurat di mobil
Tas darurat bisa berisi sistem penyaringan air, alat multifungsi, kantung tahan air untuk dokumen dan elektronik, obat resep untuk 3 hari, P3K, dan ponco.
10. Bagaimana jika Anda berada dalam mobil saat bencana?
Ada 2 pilihan, keluar atau tetap berada di dalam. Menurut Courtley, tergantung situasi. "Saat terjebak di longsoran salju, hal terbaik untuk dilakukan adalah tinggal di dalam mobil, tapi jika mobil terbakar, maka harus keluar secepat mungkin.
Thursday, August 29, 2013
PROFIL JENDERAL SOEDIRMAN
SOEDIRMAN
Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman (Ejaan Soewandi: Soedirman) (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun)[a] adalah seorang perwira tinggi militer Indonesia dan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia yang berjuang selama masa revolusi kemerdekaan.
Soedirman dilahirkan di Purbalingga, Hindia Belanda oleh pasangan wong cilik, lalu diangkat oleh pamannya, yang merupakan seorang priyayi. Setelah dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap pada akhir tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi siswa yang rajin; ia juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk organisasi pramuka bentukan organisasi Islam Muhammadiyah. Saat masih di sekolah menengah, Soedirman telah menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin; ia juga dihormati dalam masyarakat karena taat pada agama Islam. Setelah keluar dari sekolah guru, ia menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936; Soedirman akhirnya diangkat sebagai kepala sekolah itu. Soedirman juga aktif dengan berbagai program Muhammadiyah lain, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Soedirman terus mengajar. Pada tahun 1944 ia bergabung dengan angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang sebagai pemimpin batalyon di Banyumas. Saat menjadi perwira PETA, Soedirman berhasil menghentikan sebuah pemberontakan yang dipimpin anggota PETA lain, tetapi akhirnya ditahan di Bogor. Setelahproklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soedirman dan tahanan lain melarikan diri. Soedirman kemudian pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Soekarno. Di Jakarta, Soedirman ditugaskan untuk mengurus penyerahan prajurit Jepang di Banyumas, yang ia lakukan setelah mendirikan salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat (TKR). Dengan merampas senjata dari Jepang, pasukan yang dipimpin Soedirman dijadikan bagian dari Divisi V 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo; Soedirman dijadikan panglima dari divisi tersebut.
Pada tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan diYogyakarta. Saat menunggu konfirmasi, Soedirman memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa. Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa membuat Soedirman mulai dikenal di masyarakat luas. Ia akhirnya dikonfirmasikan sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember. Dalam tiga tahun berikutnya Soedirman menyaksikan ketidakberhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati lalu setelahPersetujuan Renville—yang mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan kudeta pada tahun 1948. Menjelang kematiannya, Soedirman menyalahkan hal-hal ini sebagai penyebab penyakit tuberculosisnya; karena infeksi tersebut, paru-parunya yang kanan dikempeskan pada bulan November 1948.
Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman pulang dari rumah sakit, pemerintah Belanda meluncurkan Agresi Militer II, suatu usaha untuk menduduki ibu kota di Yogyakarta. Meskipun banyak pejabat politik mengungsi ke kraton, Soedirman bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya menuju ke arah selatan dan melakukan perlawanan gerilya sepanjang tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti pasukan Belanda, tetapi akhirnya mereka berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, dekat Gunung Lawu. Di Sobo ia dan pasukannya menyiapkanSerangan Umum 1 Maret 1949, yang akhirnya dipimpin Letnan Kolonel Suharto. Setelah Belanda mulai mengundurkan diri, pada bulan Juli 1949, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta. Meskipun ia hendak mengejar pasukan Belanda, ia dilarang oleh Soekarno. Karena kelelahan setelah berbulan-bulan bergerilya, tuberculosis Soedirman tumbuh lagi; akibatnya ia pergi ke Magelang untuk beristirahat. Ia meninggal kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakuikemerdekaan Indonesia. Sekarang Soedirman dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Yogyakarta.
Rakyat Indonesia berduka cita setelah kematian Soedirman; bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh Nusantara dan ribuan orang mengikuti pemakamannya. Sampai sekarang Soedirman sangat disegani di Indonesia. Perang gerilyanya dianggap sebagai asal usul semangat Tentara Nasional Indonesia, termasuk perjalannya yang sepanjang 100 kilometer harus ditempuh oleh kadet Indonesia sebelum mereka lulus dari Akademi Militer. Gambar Soedirman ditampilkan pada uang kertas Rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan di banyak jalan, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964 ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang.[3] Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. [4]Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Pasca kemerdekaan Indonesia
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
Peran dalam revolusi nasional Indonesia
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Pertempuran Ambarawa
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. [5] Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.[6]
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Peran dalam Agresi Militer II Belanda
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali keJakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Kematian
Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagaiPahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.
Warisan budaya
Patung dan monumen Jenderal Soedirman didirikan di banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya.
• Banyak kota besar di Indonesia mempunyai jalan raya yang dinamakan "Jalan Jenderal Sudirman". [7]
• Sebuah perguruan tinggi negeri di Purwokerto, Jawa Tengah diberi nama Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).[8]
•Uang Seri Sudirman 1 Rupiah 1968
Quote:Panglima besar Jenderal Sudirman
Ketika engkau angkat bsenjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945
Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap p[utra putri Indonesia terpanggil
Untuk mengantarmu maju kemedan laga
Mengobarkan api perjuangan merebut kenerdekaan
Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu
Pahlawan revolusi nan utama
Seluruh rakyat Indonesia bernaung
Dibawah bayangmu setia sepenuh hati dan jiwa
Hingga akhir dunia
Namamu besar bagai kilat menyambar bumi yang luas
Di kala orang menyebut namamu, angin sepoi-sepoi datang menyambut
Semerbak wangi bagai bunga yang sedang merekah itulah dirimu
Gemuruh angin pun seraya datang pabila orang menyebut namamu
Engkaulah pahlawan bangsa yang tak pernah sirna dalam hati dan sanubari
Engkau relakan jiwa ragamu demi negeri yang engkau cintai
Semangatmu tak pernah pudar walau ditelan waktu
Engkaulah bunga bangsa yang suci, engkaulah bunga bangsa yang
tak pernah layu
Namamu tetap harum, namamu tetap mewangi sepanjang hari
Kini ragamu telah pergi namun sukmamu tetap abadi
Perjuanganmu tak pernah mati, jasamu bagaikan emas yang murni
yang kau sumbangkan untuk bumi pertiwi
Dirimu bukan intan permata penghias raga
tetapi dirimu adalah intan permata penghias bangsa
Dirimu bukanlah emas penghias jari
tetapi dirimu adalah emas penghias negri
Dirimu bukanlah bunga penghias taman
tetapi dirimu adalah bunga penghias alam
Panglima besar itulah julukanmu
Kemerdekaan itulah yang kau persembahkan untuk negerimu
Dan surga, itulah tempat yang pantas untukmu
Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman (Ejaan Soewandi: Soedirman) (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga,Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun)[a] adalah seorang perwira tinggi militer Indonesia dan panglima besar pertama Tentara Nasional Indonesia yang berjuang selama masa revolusi kemerdekaan.
Soedirman dilahirkan di Purbalingga, Hindia Belanda oleh pasangan wong cilik, lalu diangkat oleh pamannya, yang merupakan seorang priyayi. Setelah dibawa pindah bersama keluarganya ke Cilacap pada akhir tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi siswa yang rajin; ia juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler, termasuk organisasi pramuka bentukan organisasi Islam Muhammadiyah. Saat masih di sekolah menengah, Soedirman telah menunjukkan kemampuan sebagai pemimpin; ia juga dihormati dalam masyarakat karena taat pada agama Islam. Setelah keluar dari sekolah guru, ia menjadi guru di sebuah sekolah rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936; Soedirman akhirnya diangkat sebagai kepala sekolah itu. Soedirman juga aktif dengan berbagai program Muhammadiyah lain, termasuk menjadi salah satu pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937. Setelah pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942, Soedirman terus mengajar. Pada tahun 1944 ia bergabung dengan angkatan Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang sebagai pemimpin batalyon di Banyumas. Saat menjadi perwira PETA, Soedirman berhasil menghentikan sebuah pemberontakan yang dipimpin anggota PETA lain, tetapi akhirnya ditahan di Bogor. Setelahproklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soedirman dan tahanan lain melarikan diri. Soedirman kemudian pergi ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Soekarno. Di Jakarta, Soedirman ditugaskan untuk mengurus penyerahan prajurit Jepang di Banyumas, yang ia lakukan setelah mendirikan salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat (TKR). Dengan merampas senjata dari Jepang, pasukan yang dipimpin Soedirman dijadikan bagian dari Divisi V 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo; Soedirman dijadikan panglima dari divisi tersebut.
Pada tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan diYogyakarta. Saat menunggu konfirmasi, Soedirman memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa. Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa membuat Soedirman mulai dikenal di masyarakat luas. Ia akhirnya dikonfirmasikan sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember. Dalam tiga tahun berikutnya Soedirman menyaksikan ketidakberhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati lalu setelahPersetujuan Renville—yang mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan kudeta pada tahun 1948. Menjelang kematiannya, Soedirman menyalahkan hal-hal ini sebagai penyebab penyakit tuberculosisnya; karena infeksi tersebut, paru-parunya yang kanan dikempeskan pada bulan November 1948.
Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman pulang dari rumah sakit, pemerintah Belanda meluncurkan Agresi Militer II, suatu usaha untuk menduduki ibu kota di Yogyakarta. Meskipun banyak pejabat politik mengungsi ke kraton, Soedirman bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya menuju ke arah selatan dan melakukan perlawanan gerilya sepanjang tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti pasukan Belanda, tetapi akhirnya mereka berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, dekat Gunung Lawu. Di Sobo ia dan pasukannya menyiapkanSerangan Umum 1 Maret 1949, yang akhirnya dipimpin Letnan Kolonel Suharto. Setelah Belanda mulai mengundurkan diri, pada bulan Juli 1949, Soedirman dipanggil kembali ke Yogyakarta. Meskipun ia hendak mengejar pasukan Belanda, ia dilarang oleh Soekarno. Karena kelelahan setelah berbulan-bulan bergerilya, tuberculosis Soedirman tumbuh lagi; akibatnya ia pergi ke Magelang untuk beristirahat. Ia meninggal kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakuikemerdekaan Indonesia. Sekarang Soedirman dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Yogyakarta.
Rakyat Indonesia berduka cita setelah kematian Soedirman; bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh Nusantara dan ribuan orang mengikuti pemakamannya. Sampai sekarang Soedirman sangat disegani di Indonesia. Perang gerilyanya dianggap sebagai asal usul semangat Tentara Nasional Indonesia, termasuk perjalannya yang sepanjang 100 kilometer harus ditempuh oleh kadet Indonesia sebelum mereka lulus dari Akademi Militer. Gambar Soedirman ditampilkan pada uang kertas Rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan di banyak jalan, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964 ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.
Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang.[3] Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. [4]Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.
Pasca kemerdekaan Indonesia
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.
Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.
Peran dalam revolusi nasional Indonesia
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.
Pertempuran Ambarawa
Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. [5] Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.[6]
Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.
Peran dalam Agresi Militer II Belanda
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.
Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.
Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali keJakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Kematian
Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagaiPahlawan Pembela Kemerdekaan. Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.
Warisan budaya
Patung dan monumen Jenderal Soedirman didirikan di banyak kota di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya.
• Banyak kota besar di Indonesia mempunyai jalan raya yang dinamakan "Jalan Jenderal Sudirman". [7]
• Sebuah perguruan tinggi negeri di Purwokerto, Jawa Tengah diberi nama Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed).[8]
•Uang Seri Sudirman 1 Rupiah 1968
Quote:Panglima besar Jenderal Sudirman
Ketika engkau angkat bsenjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945
Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap p[utra putri Indonesia terpanggil
Untuk mengantarmu maju kemedan laga
Mengobarkan api perjuangan merebut kenerdekaan
Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu
Pahlawan revolusi nan utama
Seluruh rakyat Indonesia bernaung
Dibawah bayangmu setia sepenuh hati dan jiwa
Hingga akhir dunia
Namamu besar bagai kilat menyambar bumi yang luas
Di kala orang menyebut namamu, angin sepoi-sepoi datang menyambut
Semerbak wangi bagai bunga yang sedang merekah itulah dirimu
Gemuruh angin pun seraya datang pabila orang menyebut namamu
Engkaulah pahlawan bangsa yang tak pernah sirna dalam hati dan sanubari
Engkau relakan jiwa ragamu demi negeri yang engkau cintai
Semangatmu tak pernah pudar walau ditelan waktu
Engkaulah bunga bangsa yang suci, engkaulah bunga bangsa yang
tak pernah layu
Namamu tetap harum, namamu tetap mewangi sepanjang hari
Kini ragamu telah pergi namun sukmamu tetap abadi
Perjuanganmu tak pernah mati, jasamu bagaikan emas yang murni
yang kau sumbangkan untuk bumi pertiwi
Dirimu bukan intan permata penghias raga
tetapi dirimu adalah intan permata penghias bangsa
Dirimu bukanlah emas penghias jari
tetapi dirimu adalah emas penghias negri
Dirimu bukanlah bunga penghias taman
tetapi dirimu adalah bunga penghias alam
Panglima besar itulah julukanmu
Kemerdekaan itulah yang kau persembahkan untuk negerimu
Dan surga, itulah tempat yang pantas untukmu
Saat pasukan TNI menangis haru melihat Jenderal Soedirman
Suatu
malam di belantara Jawa tahun 1949. Soedirman terbatuk-batuk sepanjang
malam dalam sebuah pondok reot di tengah hutan. Mantel lusuhnya tidak
mampu menahan udara dingin malam itu. Paru-parunya terus digerus
penyakit TBC yang makin parah.
Di luar pondok, berjaga belasan pengawal Soedirman. Mereka tahu saat ini sang panglima menjadi buruan nomor satu pasukan baret merah Belanda, Korps Speciale Troepen (KST). Nyawa Soedirman dalam bahaya besar.
Tak ada pengawal Soedirman yang tidak meneteskan air mata. Betapa teguh hati jenderal bermantel lusuh yang sakit-sakitan itu.
Soedirman lahir tahun 1916 di Desa Bantarbarang, Purbalingga, Jawa Tengah. Awalnya Soedirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah. Dia kemudian mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Soedirman menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di Kroya. Setelah kemerdekaan, Soedirman mendapat pangkat kolonel dan memimpin Divisi Y. Dia membawahi enam resimen di Jatiwangi, Cirebon, Tegal, Purwokerto, Purworedjo dan Cilacap.
Nama Soedirman bersinar saat pertempuran di Ambarawa. Dalam pertempuran yang terjadi tahun 1945 itu, Soedirman dan pasukannya berhasil memukul pasukan Inggris. Dalam sidang tentara, Soedirman kemudian terpilih menjadi panglima TNI. Soedirman memikul tanggung jawab besar. Mempertahankan kemerdekaan RI dari kemungkinan ancaman agresi militer Belanda.
Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut Yogya hanya dalam hitungan jam. Mereka pun menangkap para pimpinan republik. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan hampir seluruh pejabat negara saat itu.
Tapi Soedirman tidak mau menyerah. Dia menolak permintaan Soekarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Saat itu ada perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan pemimpin militer. Soedirman memilih masuk hutan. Memimpin pasukannya dari belantara hutan dan mengorbankan perlawanan semesta sesuai perintah siasat nomor satu.
Soedirman memerintahkan seluruh prajurit TNI untuk membentuk kantong-kantong gerilya. Mundur dari daerah perkotaan yang dikuasai Belanda dan bersiap untuk bergerilya dalam waktu yang panjang.
Dimulailah perjalanan legenda itu. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan. Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada.
Ibukota negara boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah. Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.
Kondisi kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu. Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu. Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman.
Pasukan baret merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat memburu Soedirman.
Perjuangan Soedirman tidak sia-sia. Berbagai serangan yang dilakukan TNI mampu mendesak Belanda duduk ke meja perundingan. Hingga akhirnya Belanda setuju untuk meninggalkan Yogyakarta.
Maka Soedirman kembali ke Yogyakarta. Resimen-resimen TNI berbaris menyambutnya. Mereka tidak kuasa menahan haru melihat tubuh kurus yang berbalut mantel seperti milik petani itu. Para prajurit tahu hanya semangat yang membuat Pak Dirman tahan bergerilya berbulan-bulan.
Mata para prajurit yang berbaris rapi itu basah oleh air mata. Dada mereka sesak saat memberikan penghormatan bersenjata pada Soedirman.
Semua tahu, gerilya yang dilakukan Soedirman besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya, Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan Internasional.
Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer.
Soedirman meninggal 29 Januari 1950. Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya.
Quote:Quote:Nasehat Jendral Sudirman yang paling Terkenal di Indonesia
Semasa hidupnya, jenderal Sudirman banyak mengabdikan dirinya kepada negara Indonesia lewat perjuanganya di bidang kemiliteran. Sudah tak terhitung ilmu yang ia berikan kepada para tentara anak buahnya, baik itu ilmu strategi perang, maupun ilmu spiritual.
Jenderal juga banyak memberikan wejangan-wejangan kepada anak buahnya. Tapi dari semua wejangan/nasihat Jenderal Sudirman, ada 10 nasihat yang dinilai paling terkenal, mau tahu ??????
[/size]
Quote:CHECK THIS OUT
Quote:1. Jogjakarta, 12 Nopember 1945
[QUOTE]Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh.
Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga.
Quote:2. Jogjakarta, 1 Januari 1946
Quote:Tentara bukan merupakan suatu golongan diluar masyarakat, bukan suatu kasta yg berdiri diatas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu.
Quote:3. Jogjakarta, 17 Pebruari 1946
Quote:Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara.[/QUOTE]
Quote:4. Jogjakarta, 25 Mei 1946
Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan.
Quote:5. Jogjakarta, 27 Nopember 1946
[QUOTE]Karena kewajiban kamulan untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya.
Quote:6. Jogjakarta, 5 Oktober 1949
Quote:
Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai tni dikuasai oleh partai politik manapun juga.
Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan parjurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
Quote:7. Jogjakarta, Januari 1948
Quote:Bahwa kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga.
Quote:8. Jogjakarta, 17 Agustus 1948
Quote:Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.
Quote:9. Jogjakarta, 1 Agustus 1949
Quote:Bahwa satu-satunya hak milik nasional/republic yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam soal dan perubahan, hanyalah angkatan perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia)
Quote:10. Jogjakarta, 4 Oktober 1949
Quote:Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot.
Angkatan perang Republik Indonesia lahir dik medan perjuangan kemerdekaan nasional. Ditengah-tengah dan dari revolusirakyat dalam pergolakan membela kemerdekaan itu, karena itu angkatan perang Republik Indonesia adalah :
Tentara Nasional.
Tentara Rakyat.
Tentara Revolusi. Panglima besar Jenderal Sudirman
Ketika engkau angkat bsenjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945
Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap p[utra putri Indonesia terpanggil
Untuk mengantarmu maju kemedan laga
Mengobarkan api perjuangan merebut kenerdekaan
Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu
Pahlawan revolusi nan utama
Seluruh rakyat Indonesia bernaung
Dibawah bayangmu setia sepenuh hati dan jiwa
Hingga akhir dunia
Namamu besar bagai kilat menyambar bumi yang luas
Di kala orang menyebut namamu, angin sepoi-sepoi datang menyambut
Semerbak wangi bagai bunga yang sedang merekah itulah dirimu
Gemuruh angin pun seraya datang pabila orang menyebut namamu
Engkaulah pahlawan bangsa yang tak pernah sirna dalam hati dan sanubari
Engkau relakan jiwa ragamu demi negeri yang engkau cintai
Semangatmu tak pernah pudar walau ditelan waktu
Engkaulah bunga bangsa yang suci, engkaulah bunga bangsa yang
tak pernah layu
Namamu tetap harum, namamu tetap mewangi sepanjang hari
Kini ragamu telah pergi namun sukmamu tetap abadi
Perjuanganmu tak pernah mati, jasamu bagaikan emas yang murni
yang kau sumbangkan untuk bumi pertiwi
Dirimu bukan intan permata penghias raga
tetapi dirimu adalah intan permata penghias bangsa
Dirimu bukanlah emas penghias jari
tetapi dirimu adalah emas penghias negri
Dirimu bukanlah bunga penghias taman
tetapi dirimu adalah bunga penghias alam
Panglima besar itulah julukanmu
Kemerdekaan itulah yang kau persembahkan untuk negerimu
Dan surga, itulah tempat yang pantas untukmu
Di luar pondok, berjaga belasan pengawal Soedirman. Mereka tahu saat ini sang panglima menjadi buruan nomor satu pasukan baret merah Belanda, Korps Speciale Troepen (KST). Nyawa Soedirman dalam bahaya besar.
Tak ada pengawal Soedirman yang tidak meneteskan air mata. Betapa teguh hati jenderal bermantel lusuh yang sakit-sakitan itu.
Soedirman lahir tahun 1916 di Desa Bantarbarang, Purbalingga, Jawa Tengah. Awalnya Soedirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah. Dia kemudian mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Soedirman menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di Kroya. Setelah kemerdekaan, Soedirman mendapat pangkat kolonel dan memimpin Divisi Y. Dia membawahi enam resimen di Jatiwangi, Cirebon, Tegal, Purwokerto, Purworedjo dan Cilacap.
Nama Soedirman bersinar saat pertempuran di Ambarawa. Dalam pertempuran yang terjadi tahun 1945 itu, Soedirman dan pasukannya berhasil memukul pasukan Inggris. Dalam sidang tentara, Soedirman kemudian terpilih menjadi panglima TNI. Soedirman memikul tanggung jawab besar. Mempertahankan kemerdekaan RI dari kemungkinan ancaman agresi militer Belanda.
Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut Yogya hanya dalam hitungan jam. Mereka pun menangkap para pimpinan republik. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan hampir seluruh pejabat negara saat itu.
Tapi Soedirman tidak mau menyerah. Dia menolak permintaan Soekarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Saat itu ada perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan pemimpin militer. Soedirman memilih masuk hutan. Memimpin pasukannya dari belantara hutan dan mengorbankan perlawanan semesta sesuai perintah siasat nomor satu.
Soedirman memerintahkan seluruh prajurit TNI untuk membentuk kantong-kantong gerilya. Mundur dari daerah perkotaan yang dikuasai Belanda dan bersiap untuk bergerilya dalam waktu yang panjang.
Dimulailah perjalanan legenda itu. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan. Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada.
Ibukota negara boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah. Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.
Kondisi kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu. Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu. Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman.
Pasukan baret merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat memburu Soedirman.
Perjuangan Soedirman tidak sia-sia. Berbagai serangan yang dilakukan TNI mampu mendesak Belanda duduk ke meja perundingan. Hingga akhirnya Belanda setuju untuk meninggalkan Yogyakarta.
Maka Soedirman kembali ke Yogyakarta. Resimen-resimen TNI berbaris menyambutnya. Mereka tidak kuasa menahan haru melihat tubuh kurus yang berbalut mantel seperti milik petani itu. Para prajurit tahu hanya semangat yang membuat Pak Dirman tahan bergerilya berbulan-bulan.
Mata para prajurit yang berbaris rapi itu basah oleh air mata. Dada mereka sesak saat memberikan penghormatan bersenjata pada Soedirman.
Semua tahu, gerilya yang dilakukan Soedirman besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya, Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan Internasional.
Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer.
Soedirman meninggal 29 Januari 1950. Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya.
Quote:Quote:Nasehat Jendral Sudirman yang paling Terkenal di Indonesia
Semasa hidupnya, jenderal Sudirman banyak mengabdikan dirinya kepada negara Indonesia lewat perjuanganya di bidang kemiliteran. Sudah tak terhitung ilmu yang ia berikan kepada para tentara anak buahnya, baik itu ilmu strategi perang, maupun ilmu spiritual.
Jenderal juga banyak memberikan wejangan-wejangan kepada anak buahnya. Tapi dari semua wejangan/nasihat Jenderal Sudirman, ada 10 nasihat yang dinilai paling terkenal, mau tahu ??????
[/size]
Quote:CHECK THIS OUT
Quote:1. Jogjakarta, 12 Nopember 1945
[QUOTE]Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh.
Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga.
Quote:2. Jogjakarta, 1 Januari 1946
Quote:Tentara bukan merupakan suatu golongan diluar masyarakat, bukan suatu kasta yg berdiri diatas masyarakat, tentara tidak lain dan tidak lebih dari salah satu bagian masyarakat yang mempunyai kewajiban tertentu.
Quote:3. Jogjakarta, 17 Pebruari 1946
Quote:Kami tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara.[/QUOTE]
Quote:4. Jogjakarta, 25 Mei 1946
Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, sampai titik darah penghabisan.
Quote:5. Jogjakarta, 27 Nopember 1946
[QUOTE]Karena kewajiban kamulan untuk tetap pada pendirian semula, mempertahankan dan mengorbankan jiwa untuk kedaulatan negara dan bangsa kita seluruhnya.
Quote:6. Jogjakarta, 5 Oktober 1949
Quote:
Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai tni dikuasai oleh partai politik manapun juga.
Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan parjurit yang mudah dibelokkan haluannya, kita masuk dalam tentara, karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
Quote:7. Jogjakarta, Januari 1948
Quote:Bahwa kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga.
Quote:8. Jogjakarta, 17 Agustus 1948
Quote:Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.
Quote:9. Jogjakarta, 1 Agustus 1949
Quote:Bahwa satu-satunya hak milik nasional/republic yang masih utuh tidak berubah-ubah, meskipun harus mengalami segala macam soal dan perubahan, hanyalah angkatan perang Republik Indonesia (Tentara Nasional Indonesia)
Quote:10. Jogjakarta, 4 Oktober 1949
Quote:Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita waspada dan bertindak sebagai patriot.
Angkatan perang Republik Indonesia lahir dik medan perjuangan kemerdekaan nasional. Ditengah-tengah dan dari revolusirakyat dalam pergolakan membela kemerdekaan itu, karena itu angkatan perang Republik Indonesia adalah :
Tentara Nasional.
Tentara Rakyat.
Tentara Revolusi. Panglima besar Jenderal Sudirman
Ketika engkau angkat bsenjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945
Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap p[utra putri Indonesia terpanggil
Untuk mengantarmu maju kemedan laga
Mengobarkan api perjuangan merebut kenerdekaan
Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu
Pahlawan revolusi nan utama
Seluruh rakyat Indonesia bernaung
Dibawah bayangmu setia sepenuh hati dan jiwa
Hingga akhir dunia
Namamu besar bagai kilat menyambar bumi yang luas
Di kala orang menyebut namamu, angin sepoi-sepoi datang menyambut
Semerbak wangi bagai bunga yang sedang merekah itulah dirimu
Gemuruh angin pun seraya datang pabila orang menyebut namamu
Engkaulah pahlawan bangsa yang tak pernah sirna dalam hati dan sanubari
Engkau relakan jiwa ragamu demi negeri yang engkau cintai
Semangatmu tak pernah pudar walau ditelan waktu
Engkaulah bunga bangsa yang suci, engkaulah bunga bangsa yang
tak pernah layu
Namamu tetap harum, namamu tetap mewangi sepanjang hari
Kini ragamu telah pergi namun sukmamu tetap abadi
Perjuanganmu tak pernah mati, jasamu bagaikan emas yang murni
yang kau sumbangkan untuk bumi pertiwi
Dirimu bukan intan permata penghias raga
tetapi dirimu adalah intan permata penghias bangsa
Dirimu bukanlah emas penghias jari
tetapi dirimu adalah emas penghias negri
Dirimu bukanlah bunga penghias taman
tetapi dirimu adalah bunga penghias alam
Panglima besar itulah julukanmu
Kemerdekaan itulah yang kau persembahkan untuk negerimu
Dan surga, itulah tempat yang pantas untukmu
Wednesday, August 28, 2013
Cerita di Batavia saat Krakatau meletus
MERDEKA.COM. 27 Agustus 1883, 130 tahun yang lalu, sebuah ledakan dahsyat terjadi di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Sumatera. Gunung Krakatau meletus, membuat seluruh dunia terbelalak. Awan panas dan tsunami akibat letusan Krakatau menyebabkan 36 ribu orang tewas.
Letusan mahadahsyat itu meluluhlantakkan kawasan pantai Barat Jawa terutama karena gelombang tsunami sangat tinggi. Amukan tsunami juga merusakkan kawasan pantai di Kalianda maupun Teluk Betung, Bandarlampung. Menarik juga menengok apa yang terjadi di Batavia (Jakarta) saat letusan besar itu terjadi. Batavia, saat itu sudah menjadi pusat kekuasaan penjajah Belanda.
Menurut Simon Winchester dalam buku terkenalnya, Krakatoa, The Day The World Explode, yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, situasi mencekam juga terjadi di Jakarta. Batavia berjarak 133 km dari pusat letusan jika ditarik garis lurus. Pada saat letusan itu, Hari Senin 27 Agustus 1883, ombak tinggi juga sampai ke Batavia. Ombak datang pukul 12.36 atau 2,5 jam setelah letusan.
Ombak tinggi juga masuk ke kanal-kanal air Batavia yang saat itu tertata rapi. Pedagang dan penduduk setempat berlarian menyelamatkan diri. Yang mengherankan, hari itu cuaca sangat dingin. Langit setengah gelap dan muram meskipun siang hari. Wajar karena langit Batavia tertutup jutaan ton debu letusan Krakatau. Udara penuh dengan abu yang menyusup ke rambut, mata dan gigi setiap orang. Trem-trem penuh dengan orang yang berangkat kerja. Kereta kuda memenuhi alun-alun raksasa sekarang Monas. Semua orang memperbincangkan musibah besar yang baru terjadi.
Dilaporkan, ombak tsunami di Batavia saat itu mencapai ketinggian sekitar 2 meter menyapu garis pantai. Beberapa saat kemudian, permukaan laut anjlok sekitar tiga meter dari normal kemudian naik lagi dengan tajam. Baru pada pukul 17.05 riak dan ombak tinggi menghilang. Selasa keesokan harinya, atau 28 Agustus persis 130 tahun lalu, air menjadi tenang. Korban dilaporkan berjatuhan terutama di kawasan pantai meski tidak ada data resmi.
Satu catatan di Batavia yang masih disimpan sebagai sejarah penting letusan adalah tekanan udara tak kasat mata yang mempengaruhi meteran gas di pabrik gas Batavia. Catatan pada meteran itu sampai sekarang masih digunakan para ilmuwan untuk mempelajari letusan itu.
Meteran gas itu memberikan catatan akurat menit demi menit tentang gelombang tekanan udara besar-besaran yang dipancarkan Krakatau saat meledak. Ledakan yang paling besar tercatat terjadi pada pukul 10.02. Ledakan itu mengakibatkan lonjakan merkuri lebih dari dua setengah inci, suatu kondisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Pada pukul 17.00 suasana gelap pekat melanda ibu kota. Pada waktu itu butiran-butiran besar batu apung berjatuhan. Keadaan begitu mencekam hingga pagi datang keesokan harinya ketika situasi tidak segenting hari letusan. Itulah sekilas suasana Batavia saat hari bersejarah itu. Letusan Krakatau dan gelombang tsunami menghancurkan 165 desa sementara 36.147 dilaporkan tewas dan ribuan lain luka-luka.
Subscribe to:
Posts (Atom)