Laman

Tuesday, June 14, 2011

Tokoh-tokoh Penjajah Yang Berjasa Terhadap Bangsa Indonesia

1. K. A. R Bosscha


Spoiler for K. A. R Bosscha:



Quote:
Karel Albert Rudolf Bosscha (Den Haag, 15 Mei 1865 – Malabar Bandung, 26 November 1928) merupakan orang yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat pribumi pada masa itu dan juga merupakan seorang pemerhati ilmu pendidikan khususnya astronomi. Bosccha juga terkenal sangat aktif, antara lain sebagai pengurus banyak usaha pertanian, perkebunan, industri dan organisasi sosial. Dia diangkat di Lembaga Doofstommen, Bala Keselamatan, dan di Leprozerie Pro Leroos di Pelantungan. Sebagai tanda jasa dan penghargaan bagi Bosscha, dalam kesempatan ulang tahun ke-25 sebagai pekebun (planter), Bosscha diangkat menjadi warga kehormatan Bandung pada tanggal 20 Desember 1920. Bosscha menganggap Jawa sebagai tanah air keduanya. Banyak sekali hal yang diperbuatnya untuk kesehatan dan kesejahteraan di Hindia Belanda. Pada tahun 1901 Bosscha mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar. Sekolah ini didirikan untuk memberi kesempatan belajar secara gratis bagi kaum pribumi Indonesia, khususnya anak-anak karyawan dan buruh di perkebunan teh Malabar agar mampu belajar setingkat sekolah dasar selama empat tahun. Pada tahun 1923, Bosscha menjadi perintis dan penyandang dana pembangunan Observatorium Bosscha yang telah lama diharapkan oleh Nederlands-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV). Kemudian ia bersama dengan Dr. J. Voute pergi ke Jerman untuk membeli Teleskop Refraktor Ganda Zeiss dan Teleskop Refraktor Bamberg. Pembangunan Observatorium Bosscha selesai dilaksanakan pada tahun 1928. Namun ia sendiri tidak sempat menyaksikan bintang melalui observatorium yang didirikannya karena pada tanggal 26 November 1928 ia meninggal beberapa saat setelah dianugerahi penghargaan sebagai Warga Utama kota Bandung dalam upacara kebesaran yang dilakukan Gemente di Kota Bandung. Selama hidupnya, Bosscha memilih untuk tidak menikah. Pada akhir hayatnya, beliau meminta agar jasadnya disemayamkan di antara pepohonan teh di Perkebunan Teh Malabar.
Quote:
2. Dr. Franz Wilhelm Junghuhn

Spoiler for Dr. Franz Wilhelm Junghuhn:



Quote:
Seorang dokter dan peneliti alam kelahiran Mansfeld-Prusia pada tahun 1820 dan meninggal di Lembang pada 24 April 1864. Pria itulah yang berjasa besar melakukan penelitian tentang kina di Indonesia sehingga bisa disebut sebagai Bapak Kina. Ia merupakan orang pertama yang secara sistematis menjelajahi Pulau Jawa. Penelitiannya dilakukan dalam keadaan serba sulit, penuh pengorbanan dan disiplin. Antara 1848 dan 1851 ia harus melanjutkan pekerjaannya di Belanda, karena sakit. Disana ia menulis buku yang terdiri atas tiga jilid berjudul: Jawa, bentuk, flora dan susunan tanahnya. Hasil karyanya yang lain, peta pertama topografi pulau Jawa. Suatu karya besar di bidang kartografi. Rekannya Dr. Karl Helbig dari Hildesheim, menjulukinya sebagai ‘Humboldt’ dari Jawa. Setelah menikah Johanna dengan Johanna Frederica dari Leiden tahun 1850, Junghuhn menjadi warga negara Belanda. Ia diperintahkan membawa benih dan bibit pohon kina dari Peru ke Jawa. Sejak lama kulit pohon kina dipakai sebagai bahan dasar untuk obat malaria. Semakin banyak orang Eropa bekerja di daerah tropis, bubuk putih dari kulit pohon ini, yang disebut kinine, semakin laku. Hasskarl berhasil membawa benih dan bibit pohon kina dalam 121 peti ke Jawa. Namun hanya 70 tumbuhan selamat. Pohon itupun ditanam di Cibodas. Namun karena kesehatannya tidak memungkinkan memikul tugas berat iapun kembali ke Eropa. Tugas itu beralih pada Junghuhn yang kembali ke Jawa tahun 1855. Ia ditugaskan sebagai inspektur untuk membudidayakan pohon kina. Di sekitar Lembang ia membangun perkebunan kina. Kegagalan, salah urus, dan kesehatan yang mulai mundur ditambah sikap iri rekan-rekannya, mewarnai tahun-tahun terakhir hidupnya hingga ia meninggal karena penyakit hepatitis.
Quote:
3. Dr. C. H. A. Westhoff

Spoiler for Dr. C. H. A. Westhoff:



Quote:
Pada tanggal 6 Agustus 1901 didirikan Yayasan Perbaikan Nasib orang-orang buta (Rumah Buta) oleh Dr. C. H. A. Westhoff. Beliau adalah seorang dokter mata berkebangsaan Belanda. Di tengah kesibukannya, ia berusaha menyampaikan gagasannya ke berbagai pihak. Dalam pikirannya saat itu, siapa tahu ada orang-orang yang sama dengan perasaannya. Atau paling tidak tumbuh dorongan perasaan dan bersedia mengulurkan tangannya. Apalagi menurut M. J. Leanderink, Direktur Instituut tot Onderwijs ann Blinden, pada tahun 1901, jumlah penyandang tunanetra di Hindia Belanda (Indonesia) sangat besar. Vereniging tot Vernetering van het lot der Blinden in Nederlandsch Oost1Indie (Yayasan Perbaikan Nasib Orang Buta di Nusantara) ini mendapatkan izin dari pemerintah Belanda pada saat itu dengan keluarnya surat keputusan Pemerintah Nomor 9 tanggal 06 Agustus 1901 oleh Gubernur Jendral W.Roosemboom. Realisasi kegiatannya di mulai sejak 16 September 1901 dengan di bukanya Bandoengsch Blinden Instituut di bawah pimpinan J.W. Van der Zanden.Kegiatannya di mulai di Tjitjendoweg (Jl.Cicendo) dengan dua orang murid yang bernama Johana Everdina dan Albert Bogehof van der Berg. Ternyata murid-muridnya, dari hari ke hari terus bertambah, sehingga pada bulan Mei 1902, tempat kegiatannya dipindahkan ke tempat yg lebih luas di Bragaweg (Jalan Braga). Dengan tujuan memberi bekal pengetahuan dan keterampilan untuk mengurangi ketergantungannya, kemudian dibuka bengkel (work shop). Sementara para pengurusnya aktif melakukan kampanye dan penyuluhan mengenai pencegahan kebutaan. Berkat kesungguhan usaha para pengurusnya, bantuan-bantuan mulai berdatangan. Antara lain diterima dari negeri Belanda, Raja Muangthai (Thailand), dan pemerintah jajahan. Usaha Wosthoff memerangi kebutaan dan penyantunan para penyandang tuna netra kian berhasil.Dengan bantuan dari pemerintah didirikanlah Koningin Wilhelmina-Ooglijder Gasthuis yang merupakan cikal bakal dari rumah sakit mata Cicendo. Pada tahun 1912, Dr. C. H. A. Westhoff meninggal dalam perjalanan laut.
Quote:
4. M. A. W. Brouwer

Spoiler for M. A. W. Brouwer:



Quote:
Martinus Antonius Weselinus Brouwer atau dikenal dengan M.A.W Brouwer lahir di Delft 14 Mei 1923 – meninggal 19 Agustus 1991 di negeri Belanda. Dia adalah seorang fenomenolog, psikolog, budayawan yang sangat dikenal di Indonesia. Brouwer menghabiskan hampir seluruh hidupnya di Indonesia dan harus kembali ke negeri Belanda dan kemudian meninggal di sana oleh karena permohonannya untuk menjadi Warga Negara Indonesia tidak dikabulkan. M. A. W. Brouwer turut mewarnai pengembangan ilmu Psikologi di Indonesia. Pastor berkebangsaan Belanda itu, sampai akhir hayatnya tetap mengagumi tanah priangan sebagai bagian dari Indonesia, “Saya ingin, hidup dan mati saya disini”, katanya beberapa bulan sebelum nasib rupanya menentukan lain.
Quote:
5. Prof. C. P. Wolff Schoemaker

Spoiler for Prof. C. P. Wolff Schoemaker:



Quote:
Profesor C. P. Wolff Schoemaker adalah salah seorang arsitek terkemuka Belanda yang banyak berkarya di Indonesia. Hasil karyanya kecuali bangunan juga berupa karya tulis. Semasa hidupnya di Indonesia ia menjadi profesor di ITB Bandung. Dalam bukunya Aesthethiek en oorsprong der Hindoe konenst op Java (1924), ia mengatakan bahwa sudah mengenal budaya Jawa lebih dulu dari dua puluh tahun. Schoemaker menerangkan bawa penerapan konsep- konsep tersebut ke dalam arsitektur dapat menghasilkan bangunan tahan gempa, cocok dengan iklim tropis dan sirkulasi udara yang baik.Selama hidupnya, beliau banyak melakukan penelitian ilmiah terhadap karya-karya arsitektur vernakular di Jawa. Schoemaker meninggal pada 1949 dan dimakamkan di Ereveld Pandu, Bandung. karya-karya Schoemaker menjadi bagian dari nostalgia kota Bandung dan objek pembelajaran arsitektur.
Quote:
Mereka memang bukan bangsa Indonesia, hanya pernah tinggal di Indonesia karena adanya proses imperialisme, namun mereka mendedikasikan seluruh hidup dan karyanya untuk tanah air kita.