Spoiler for 1. Angklung buhun:
Angklung buhun adalah alat musik tradisional khas Kabupaten Lebak,
Provinsi Banten. Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan
dengan hadirnya masyarakat Baduy. Buhun berarti tua, kuno (baheula ).
Angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka
masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan
gaib) dan sakral. Selain itu kesenian ini juga punya arti penting
sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat
Baduy.
Spoiler for 2. Angklung Gubrag:
Angklung Gubrag Merupakan salah satu kesenian tradisional yang sudah
langka, namun masyarakat Desa Kemuning, Kecamatan Kresek – Kabupaten
Tangerang masih melestarikan kesenian Angklung Gubrag pada acara
khitanan, perkimpoian dan selamatan kehamilan. Pada masa lalu kesenian
Angklung Gubrag dilaksanakan pada saat ritual penanaman padi dengan
maksud agar hasil panen berlimpah.
Instrumen yang digunakan 6 buah angklung menggunakan bambu hitam, masing-masing memiliki nama: bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing dan panembal, dilengkapi dengan terompet kendang pencak dan seruling. Di atas angklung dikaitkan pita yang berasal dari kembang wiru, menurut kepercayaan kembang wiru dan air yang berasal dari angklung dipercaya dapat menjadi obat dan penyubur tanaman. Semua pemain berdiri tidak menari kecuali penabuh dogdog lojor menabuh sambil ngibing diiringi beberapa penari perempuan dengan kostum kebaya dan kain.
Instrumen yang digunakan 6 buah angklung menggunakan bambu hitam, masing-masing memiliki nama: bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing dan panembal, dilengkapi dengan terompet kendang pencak dan seruling. Di atas angklung dikaitkan pita yang berasal dari kembang wiru, menurut kepercayaan kembang wiru dan air yang berasal dari angklung dipercaya dapat menjadi obat dan penyubur tanaman. Semua pemain berdiri tidak menari kecuali penabuh dogdog lojor menabuh sambil ngibing diiringi beberapa penari perempuan dengan kostum kebaya dan kain.
Spoiler for 3. Bendrong Lesung:
Bendrong Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat
Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di
masyarakat hingga saat ini. Awalnya kesenian ini merupakan tradisi
masyarakat setempat dalammenyambut Panen Raya. Tujuannya untuk
mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang
telah membuahkan hasil.
Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampulkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkimpoian atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang.
Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampulkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkimpoian atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang.
Spoiler for 4. Debus:
Debus adalah seni pertunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan
tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam
pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai
dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintahan sultan ageng
tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagai alat
untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada
perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni
budaya masyarakat banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh
masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di banten, permainan
debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota
serang.
Spoiler for 5. Dogdog Lojor:
Dogdog merupakan alat musik yang terbuat dari batang kayu bulat,
tengahnya diberi rongga, namun kedua ujung ruasnya mempunyai bulatan
diameter yang berbeda (± 12 – 15 cm) dengan panjang ± 90 cm. Pada ujung
bulatan yang paling besar ditutup dengan kulit kambing yang telah
dikeringkan dan diikat dengan bambu melingkar yang dipaseuk/baji untuk
menyetel suara atau bunyi. Suara yang dihasilkan akan berbunyi dog dog
dog (dalam telinga orang Sunda). Oleh karena itu alat ini diberi nama
Dog Dog. Sedangkan kata lojor berarti lonjong atau lodor yang sepadan
dengan kata panjang. Jadi Dogdog Lojor sama artinya dengan Dogdog
Panjang.
Kesenian ini berkembang di Banten bagian Selatan Kabupaten Lebak, dengan pemain berjumlah 12 orang. Pada awalnya pertunjukan seni Dogdog Lojor ini, dilakukan sebagai pelengkap dalam rangka pelaksanaan upacara adat seperti Seren Taun, sedekah bumi ataupun ruwatan. Oleh karena itu, pertunjukan Dogdog Lojor dilaksanakan secara khidmat. Sejalan dengan perkembangan zaman, pertunjukan Dogdog Lojor dilakukan dengan penuh kegembiraan sehingga berkembang menjadi seni pertunjukan hiburan dan permainan rakyat.
Kesenian ini berkembang di Banten bagian Selatan Kabupaten Lebak, dengan pemain berjumlah 12 orang. Pada awalnya pertunjukan seni Dogdog Lojor ini, dilakukan sebagai pelengkap dalam rangka pelaksanaan upacara adat seperti Seren Taun, sedekah bumi ataupun ruwatan. Oleh karena itu, pertunjukan Dogdog Lojor dilaksanakan secara khidmat. Sejalan dengan perkembangan zaman, pertunjukan Dogdog Lojor dilakukan dengan penuh kegembiraan sehingga berkembang menjadi seni pertunjukan hiburan dan permainan rakyat.
Spoiler for 6. Dzikir Saman:
Seni Saman atau disebut juga Dzikir Maulud yaitu kesenian tradisional
rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media
gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan
Asma Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. berdasarkan literatur
disebut Dzikir Saman karena berkaitan arti Saman yaitu Delapan dan
dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh.
Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah.
pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab
Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18 sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah.
pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab
Spoiler for 7. Kesenian Buaya Putih:
Kesenian tradisional yang berkembang di kampung curugdahu desa
kadubeureum kecamatan padarincang kabupatne serang, iringan ngarak buaya
putih biasanya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan bahan-bahan
keperluan hajatan yang menjadi ciri khas daerah setempat, dimana
keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bambu yang
dibentuk rangka mirip seekor buaya, dengan panjang mencapai 8 sampai 10
meter, dengan dihiasi janur kelapa. Buaya putih dimainkan secara
keseluruhan oleh 40 orang, dimana 4 orang pemain laki-laki yang bertugas
memegang umbul-umbul sebagai pembatas barisan, 2 orang bagian paling
depan dan 2 orang lagi sebagai pemegang spanduk, 1 orang sebagai penarik
penonton, di belakang 10 orang sebagai penari mojang desa, berdiri
sepasang pengantin yang diapit kedua orang tua yang di lengkapi dengan
seorang pembawa payung kebesaran. Dibagian tengah terdapat 4 orang
sebagai pemikul buaya putih yang harus mampu memainkan buaya putih
dengan baik, dibawah kendali seoranag pawang buaya yang bernama ma ijah,
tarian buaya putih ini diiringi oleh 14 orang pemain musik rudat,
dengan alat yang terdiri dari : Gending paria ria, kemplongan, dan
gembrung.
Spoiler for 8. Pantun Bambu:
Pantung Bambu adalah alat musik tradisional khas masyarakat cilegon
yang terbuat dari bambu berdiameter rata-rata 10cm, panjang 80cm, beruas
dua dengan lubang di tengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar
bernada empat tangga nada. Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan
paling sedikit tiga pantun yang terdiri dari pantun melodi gendang
tapak, pantun bas gendang dan pantun ritme patingtung. Pada awalnya
musik pantun di mainkan disaat-saat melepas lelah setelah para petani
berkerja disawah, dengan peralatan bambu sederhana dapat menimbulkan
irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat alat musik "Pantun"
telah di kolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtung,
rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan
untuk mengiringi lagu dan tarian.
Spoiler for 9. Terbang Gede:
Terbang
gede merupakan salah satu kesenian tradisional Banten yang tumbuh dan
berkembang pada waktu para penyebar agama islam menyebarkan ajarannya di
Banten, oleh karena itu kesenian terbang gede berkembang secara pesat
di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid.
Kesenian ini disebut terbang gede karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede). Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti : ngarak panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan.
Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa.
Kesenian ini disebut terbang gede karena salah satu instrumen musik utamanya adalah terbang besar (gede). Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagai upacara ritual seperti : ngarak panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan.
Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usia terdiri atas Penabuh terbang gede (besar) , penabuh sela, penabuh pengarak, penabuh kempul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab ataupun jawa.
Spoiler for 10. Rampak Bedug:
Rampak Beduk merupakan sajian instrumen berupa perkusi, yang ditingkahi
suara bedug berbagai ukuran. Ada empat bedug diikat kain merah biru,
yang dipukul oleh pemain yang berdiri di tengah. Di pinggirannya,
kelompok musik menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali suara
terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik tiup. Namun, tak
ada sajian instrumen tiup. Yang terdengar, suara harmonis antara bedug
dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni Rampak Bedug berawal dari
kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul bedug kala sahur
di bulan puasa. Yang kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras memukul
bedug. Alhasil terjadilah pertemuan antar mereka, saling beradu
kekuatan bedug. Tari Rampak Beduk Banten dimainkan oleh secara masal.
Sekilas, gerakannya mirip tarian dari daerah Aceh.