Wirausaha yang sukses seringkali dianggap sebagai orang-orang yang mencapai keberhasilannya dengan bersikap kikir dan pelit. Stereotype semacam itu diperkuat dengan tokoh-tokoh dalam cerita fiksi dan kartun seperti karakter “Paman Gober” dalam serial kartun Donald Duck karya Walt Disney yang digambarkan kaya namun kikir.
Tidak heran banyak yang akhirnya enggan menjadi Wirausaha karena menganggap untuk menjadi wirausaha sukses maka harus menempuh jalan yang penuh tipu muslihat, licik dan kikir. Apakah benar demikian?
Kalau kita lihat fakta hari ini, maka kita dapat menyaksikan bahwa kegiatan-kegiatan Philantrophy atau kedermawanan didominasi oleh figur Wirausaha sukses. Nama-nama seperti Bill Gates, Warren Buffet, Richard Branson, hingga wirausaha muslim India Azim Premji, telah menyumbangkan Milyaran Dollar kekayaan mereka untuk kegiatan sosial. Dan apakah mereka jatuh miskin karena banyak memberi? Ternyata tidak. Dari tahun ke tahun kekayaan mereka justru semakin berlipat.
Ini membuka wawasan baru bagi para Wirausaha jaman sekarang. Bahwa ternyata para Wirausaha sukses lebih banyak memberi, sebelum mereka kemudian menerima lebih banyak lagi.
Memberi Akan Melatih Mindset Wirausaha
Banyak Wirausaha pemula mengalami kegagalan bukan karena faktor keahlian, pengetahuan atau modal. Namun mereka gagal justru karena tidak memiliki cara berpikir atau mindset yang tepat. Wirausaha pemula justru umumnya berangkat dari latar belakang keahlian yang cukup, pendidikan dan pengetahuannya luas, dan memiliki akses yang luas terhadap penyedia modal. Namun semuanya bisa sia-sia apabila tidak disertai dengan cara berpikir yang benar.
Cara berpikir yang umumnya berkembang di masyarakat adalah cara berpikir kelangkaan atau “scarcity”. Bahwa segala yang ada didunia ini serba terbatas, sehingga untuk memilikinya kita harus saling berebut, saling bersaing, saling mengalahkan. Yang menang menguasai semua, yang kalah tidak kebagian apa-apa.
Cara berpikir demikian menyebabkan lahirnya wirausaha-wirausaha rakus dan tamak. Mereka berbasis pada persaingan yang saling membunuh, bukan kerjasama yang saling menguntungkan. Sepintas awalnya wirausaha demikian akan berhasil. Namun sejarah telah membuktikan, bahwa cara berpikir demikian dalam jangka panjang akan mengundang kegagalan dan kesengsaraan.
Sebaliknya, para Wirausaha yang kesuksesannya berkesinambungan, adalah justru mereka yang memiliki cara pandang keberlimpahan atau “abundance”. Bahwa Allah SWT telah menghamparkan rizki yang berlimpah di muka bumi ini. Sehingga tidak perlu kita bersaing dengan segala cara dan saling menjatuhkan. Hamparan rizki Allah SWT sangat luas untuk diperebutkan dengan cara demikian. Tersedia begitu banyak potensi di alam semesta ini yang menunggu kita gali.
Mindset scarcity menimbulkan perasaan kekhawatiran, kecemasan dan pada akhirnya ketamakan. Sedangkan mindset abundance akan menimbulkan perasaan yakin, optimis dan keikhlasan. Karena mereka yang memiliki mindset abundance, yakin bahwa Allah SWT menyediakan rizki yang cukup untuk kita semua. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan peluang yang ada di depan kita.
Memberi akan melatih kita untuk memiliki mindset abundance. Karena dengan memberi kita belajar untuk yakin pada Allah SWT Yang Maha Kaya, bukan yakin pada harta yang saat ini di tangan kita. Harta yang kita pegang saat ini bisa datang dan pergi setiap saat. Tapi mereka yang memiliki mindset abundance paham, bahwa Yang Maha Kaya tidak akan pernah berkurang kekayaannya.
Dampak Memberi Pada Usaha Kita
Selain akan melatih kita untuk memiliki mindset “abundance”, memberi juga akan memberikan dampak positif langsung kepada usaha kita.
Wirausaha pemula yang sering mengeluhkan bahwa usaha mereka masih kurang dikenal, sebenarnya punya formula jitu untuk membuat usahanya dikenal luas, yaitu: banyak memberi.
Wah, bagaimana bisa banyak memberi jika usaha saja baru mulai dan belum banyak profit. Nah, ini bagian dari cara berpikir kelangkaan. Karena, justru dengan banyak memberi akan menjadi jalan keluar untuk mendatangkan lebih banyak profit. Lagipula, memberi tidak harus memberikan uang cash. Banyak hal lain yang kadang nilainya justru lebih tinggi daripada cash.
Anda bisa saja memberikan knowledge tentang bidang yang menjadi keahlian Anda. Misalnya kita membuka usaha jasa Arsitektur, Design atau Pengembang aplikasi. Banyak pengetahuan soal dunia arsitektur, design atau pengembangan aplikasi yang masyarakat awam tidak tahu. Kalau kita rajin berbagi pengetahuan melalui tulisan di media massa, melalui blog, milis atau bahkan media social seperti Facebook atau Twitter, maka akan semakin banyak orang yang mengenal Anda dan jasa yang Anda tawarkan.
Kita juga bisa memberikan sample produk secara gratis kepada calon pelanggan kita. Manusia pada dasarnya akan merasa senang diberi sesuatu. Sample gratis akan memungkinkan orang mencoba produk kita, sehingga peluang produk kita untuk semakin dikenal semakin tinggi.
Pemberian gratis kepada pelanggan dan calon pelanggan juga bisa dalam bentuk fasilitas atau prasarana. Misalnya Anda memiliki restoran, Anda bisa memberikan fasilitas hot-spot gratis bagi pelanggan yang ingin terhubung ke internet. Atau hal-hal sederhana yang kadang dilupakan namun sangat dibutuhkan, seperti tempat melakukan charge battery Ponsel atau Laptop. Fasilitas gratis seperti ini akan mengundang lebih banyak pelanggan.
Mengembangkan Kebiasaan Memberi
Setelah memahami pentingnya memberi sebagai cara pandang dan bagian strategi pengembangan usaha, maka kita perlu cara efektif untuk menjadikan memberi sebagai kebiasaan positif kita.
Pertama, biasakanlah untuk memiliki sikap bahwa uang adalah akibat bukan sebab. Orang yang menjadikan uang sebagai sebab, cenderung memperhitungkan segala sesuatu dari nilai uang. Akibatnya enggan melakukan hal-hal yang sifatnya “extra-miles” kepada pelanggan, jika tidak ada uang nya. Percayalah, uang sekedar akibat atau konsekuensi. Karena kita memuaskan pelanggan, maka akibatnya kita menerima uang.
Kedua, kita bisa memulai dengan membiasakan diri untuk memberikan sesuatu setiap bertemu dengan orang lain. Orang tua jaman dahulu memiliki kebiasaan membawa bingkisan ketika berkunjung ke teman atau keluarga. Ini kebiasaan baik yang akan mengembangkan sikap memberi. Tidak perlu sesuatu yang mahal, namun bisa sesuatu yang sederhana namun bermanfaat. Bahkan apabila tidak ada yang bisa diberikan, minimal berikanlah doa untuk orang yang Anda kunjungi.
Ketiga, kita bisa belajar melakukan “Pay It Forward”. Ini adalah cara untuk menghormati orang yang sudah membantu atau memberikan sesuatu untuk kita dengan cara membantu orang lain. Misalnya hari ini Anda merasa terbantu dengan pemberian orang lain, maka sebagai “balasan” lakukan hal positif atau berikan sesuatu kepada orang lan. Ini akan menciptakan efek berantai melakukan kebaikan, seperti yang pernah diceritakan dalam sebuah film dengan judul yang sama.
Dengan demikian Memberi akan menjadi habit yang kita lakukan sehari-hari tanpa beban, dan pada gilrannya apa yang kita berikan akan kembali kepada kita berlipat-lipat. InsyaAllah.
Tidak heran banyak yang akhirnya enggan menjadi Wirausaha karena menganggap untuk menjadi wirausaha sukses maka harus menempuh jalan yang penuh tipu muslihat, licik dan kikir. Apakah benar demikian?
Kalau kita lihat fakta hari ini, maka kita dapat menyaksikan bahwa kegiatan-kegiatan Philantrophy atau kedermawanan didominasi oleh figur Wirausaha sukses. Nama-nama seperti Bill Gates, Warren Buffet, Richard Branson, hingga wirausaha muslim India Azim Premji, telah menyumbangkan Milyaran Dollar kekayaan mereka untuk kegiatan sosial. Dan apakah mereka jatuh miskin karena banyak memberi? Ternyata tidak. Dari tahun ke tahun kekayaan mereka justru semakin berlipat.
Ini membuka wawasan baru bagi para Wirausaha jaman sekarang. Bahwa ternyata para Wirausaha sukses lebih banyak memberi, sebelum mereka kemudian menerima lebih banyak lagi.
Memberi Akan Melatih Mindset Wirausaha
Banyak Wirausaha pemula mengalami kegagalan bukan karena faktor keahlian, pengetahuan atau modal. Namun mereka gagal justru karena tidak memiliki cara berpikir atau mindset yang tepat. Wirausaha pemula justru umumnya berangkat dari latar belakang keahlian yang cukup, pendidikan dan pengetahuannya luas, dan memiliki akses yang luas terhadap penyedia modal. Namun semuanya bisa sia-sia apabila tidak disertai dengan cara berpikir yang benar.
Cara berpikir yang umumnya berkembang di masyarakat adalah cara berpikir kelangkaan atau “scarcity”. Bahwa segala yang ada didunia ini serba terbatas, sehingga untuk memilikinya kita harus saling berebut, saling bersaing, saling mengalahkan. Yang menang menguasai semua, yang kalah tidak kebagian apa-apa.
Cara berpikir demikian menyebabkan lahirnya wirausaha-wirausaha rakus dan tamak. Mereka berbasis pada persaingan yang saling membunuh, bukan kerjasama yang saling menguntungkan. Sepintas awalnya wirausaha demikian akan berhasil. Namun sejarah telah membuktikan, bahwa cara berpikir demikian dalam jangka panjang akan mengundang kegagalan dan kesengsaraan.
Sebaliknya, para Wirausaha yang kesuksesannya berkesinambungan, adalah justru mereka yang memiliki cara pandang keberlimpahan atau “abundance”. Bahwa Allah SWT telah menghamparkan rizki yang berlimpah di muka bumi ini. Sehingga tidak perlu kita bersaing dengan segala cara dan saling menjatuhkan. Hamparan rizki Allah SWT sangat luas untuk diperebutkan dengan cara demikian. Tersedia begitu banyak potensi di alam semesta ini yang menunggu kita gali.
Mindset scarcity menimbulkan perasaan kekhawatiran, kecemasan dan pada akhirnya ketamakan. Sedangkan mindset abundance akan menimbulkan perasaan yakin, optimis dan keikhlasan. Karena mereka yang memiliki mindset abundance, yakin bahwa Allah SWT menyediakan rizki yang cukup untuk kita semua. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan peluang yang ada di depan kita.
Memberi akan melatih kita untuk memiliki mindset abundance. Karena dengan memberi kita belajar untuk yakin pada Allah SWT Yang Maha Kaya, bukan yakin pada harta yang saat ini di tangan kita. Harta yang kita pegang saat ini bisa datang dan pergi setiap saat. Tapi mereka yang memiliki mindset abundance paham, bahwa Yang Maha Kaya tidak akan pernah berkurang kekayaannya.
Dampak Memberi Pada Usaha Kita
Selain akan melatih kita untuk memiliki mindset “abundance”, memberi juga akan memberikan dampak positif langsung kepada usaha kita.
Wirausaha pemula yang sering mengeluhkan bahwa usaha mereka masih kurang dikenal, sebenarnya punya formula jitu untuk membuat usahanya dikenal luas, yaitu: banyak memberi.
Wah, bagaimana bisa banyak memberi jika usaha saja baru mulai dan belum banyak profit. Nah, ini bagian dari cara berpikir kelangkaan. Karena, justru dengan banyak memberi akan menjadi jalan keluar untuk mendatangkan lebih banyak profit. Lagipula, memberi tidak harus memberikan uang cash. Banyak hal lain yang kadang nilainya justru lebih tinggi daripada cash.
Anda bisa saja memberikan knowledge tentang bidang yang menjadi keahlian Anda. Misalnya kita membuka usaha jasa Arsitektur, Design atau Pengembang aplikasi. Banyak pengetahuan soal dunia arsitektur, design atau pengembangan aplikasi yang masyarakat awam tidak tahu. Kalau kita rajin berbagi pengetahuan melalui tulisan di media massa, melalui blog, milis atau bahkan media social seperti Facebook atau Twitter, maka akan semakin banyak orang yang mengenal Anda dan jasa yang Anda tawarkan.
Kita juga bisa memberikan sample produk secara gratis kepada calon pelanggan kita. Manusia pada dasarnya akan merasa senang diberi sesuatu. Sample gratis akan memungkinkan orang mencoba produk kita, sehingga peluang produk kita untuk semakin dikenal semakin tinggi.
Pemberian gratis kepada pelanggan dan calon pelanggan juga bisa dalam bentuk fasilitas atau prasarana. Misalnya Anda memiliki restoran, Anda bisa memberikan fasilitas hot-spot gratis bagi pelanggan yang ingin terhubung ke internet. Atau hal-hal sederhana yang kadang dilupakan namun sangat dibutuhkan, seperti tempat melakukan charge battery Ponsel atau Laptop. Fasilitas gratis seperti ini akan mengundang lebih banyak pelanggan.
Mengembangkan Kebiasaan Memberi
Setelah memahami pentingnya memberi sebagai cara pandang dan bagian strategi pengembangan usaha, maka kita perlu cara efektif untuk menjadikan memberi sebagai kebiasaan positif kita.
Pertama, biasakanlah untuk memiliki sikap bahwa uang adalah akibat bukan sebab. Orang yang menjadikan uang sebagai sebab, cenderung memperhitungkan segala sesuatu dari nilai uang. Akibatnya enggan melakukan hal-hal yang sifatnya “extra-miles” kepada pelanggan, jika tidak ada uang nya. Percayalah, uang sekedar akibat atau konsekuensi. Karena kita memuaskan pelanggan, maka akibatnya kita menerima uang.
Kedua, kita bisa memulai dengan membiasakan diri untuk memberikan sesuatu setiap bertemu dengan orang lain. Orang tua jaman dahulu memiliki kebiasaan membawa bingkisan ketika berkunjung ke teman atau keluarga. Ini kebiasaan baik yang akan mengembangkan sikap memberi. Tidak perlu sesuatu yang mahal, namun bisa sesuatu yang sederhana namun bermanfaat. Bahkan apabila tidak ada yang bisa diberikan, minimal berikanlah doa untuk orang yang Anda kunjungi.
Ketiga, kita bisa belajar melakukan “Pay It Forward”. Ini adalah cara untuk menghormati orang yang sudah membantu atau memberikan sesuatu untuk kita dengan cara membantu orang lain. Misalnya hari ini Anda merasa terbantu dengan pemberian orang lain, maka sebagai “balasan” lakukan hal positif atau berikan sesuatu kepada orang lan. Ini akan menciptakan efek berantai melakukan kebaikan, seperti yang pernah diceritakan dalam sebuah film dengan judul yang sama.
Dengan demikian Memberi akan menjadi habit yang kita lakukan sehari-hari tanpa beban, dan pada gilrannya apa yang kita berikan akan kembali kepada kita berlipat-lipat. InsyaAllah.
So ?? sebelum jadi pengusaha yang sukses,mari kita budayakan memberi sebelum terlambat,karena uang akan habis jika dibelikan,tapi tidak akan habis karena diberikan..
Mungkin perbincangan mengenai istilah ini sudah terlalu banyak, dan anda juga pasti sudah mengetahui secara pasti bagaimana pentingnya sebuah “nilai” dari setiap konsumen. Anda juga pasti sudah banyak membaca sesuatu mengenai betapa pentingnya “kepercayaan” dari setiap konsumen anda.
Terlalu banyak, terlalu sering, setiap master marketing pasti tidak pernah melewatkan untuk membahas hal ini pada setiap seminar atau presentasinya. Mungkin sampai anda bosan mendengarnya, tapi tetap saja hal it uterus diulang-ulang.
Karena memang banyak orang yang sudah mendengar, membaca tentang hal itu, mereka tetap saja “tidak mengerti”. Karena kebanyakan dari mereka melupakan prinsip besar dalam dunia marketing, penjualan dan jaringan yaitu seni “memberi sebelum menerima”. Sebelum anda menerima sesuatu dari seseorang, maka anda harus memberikan alas an yang masuk akal agar mereka mau memberikan sesuatu yang anda inginkan dari mereka untuk anda.
Saya rasa ini sangat masuk akal, orang tentu tidak akan seketika membeli sesuatu hanya dengan sekali melihat iklan pada website anda misalkan. Mereka tentu saja harus mengetahui secara pasti tentang segala sesuatunya. Ya, kehati-hatian merupakan sesuatu yang wajar bukan ? mereka tidak mungkin menghamburkan uang begitu saja, karena mereka mendapatkannya dengan bekerja keras.
Membuat sebuah mindset adalah sesuatu yang sangat penting, buat pengunjung anda berfikir bahwa ini memang produk yang mereka butuhkan. Jangan sekali-kali anda menawarkan sesuatu tanpa alasan yang jelas atau sekedar melakukan spam, itu hanya akan membawa mereka kepada tingkat keraguan yang lebih tinggi.
Ini yang paling penting, jangan sekedar berikan bonus kepada seseorang jika mereka membeli, tapi berikan mereka bonus tersebut tanpa harus membeli dan pastikan produk yang anda tawarkan lebih dahsyat dari produk bonus yang mereka dapatkan secara gratis. Inilah betapa pentingnya seni “memberi sebelum menerima”.
Terlalu banyak, terlalu sering, setiap master marketing pasti tidak pernah melewatkan untuk membahas hal ini pada setiap seminar atau presentasinya. Mungkin sampai anda bosan mendengarnya, tapi tetap saja hal it uterus diulang-ulang.
Karena memang banyak orang yang sudah mendengar, membaca tentang hal itu, mereka tetap saja “tidak mengerti”. Karena kebanyakan dari mereka melupakan prinsip besar dalam dunia marketing, penjualan dan jaringan yaitu seni “memberi sebelum menerima”. Sebelum anda menerima sesuatu dari seseorang, maka anda harus memberikan alas an yang masuk akal agar mereka mau memberikan sesuatu yang anda inginkan dari mereka untuk anda.
Saya rasa ini sangat masuk akal, orang tentu tidak akan seketika membeli sesuatu hanya dengan sekali melihat iklan pada website anda misalkan. Mereka tentu saja harus mengetahui secara pasti tentang segala sesuatunya. Ya, kehati-hatian merupakan sesuatu yang wajar bukan ? mereka tidak mungkin menghamburkan uang begitu saja, karena mereka mendapatkannya dengan bekerja keras.
Membuat sebuah mindset adalah sesuatu yang sangat penting, buat pengunjung anda berfikir bahwa ini memang produk yang mereka butuhkan. Jangan sekali-kali anda menawarkan sesuatu tanpa alasan yang jelas atau sekedar melakukan spam, itu hanya akan membawa mereka kepada tingkat keraguan yang lebih tinggi.
Ini yang paling penting, jangan sekedar berikan bonus kepada seseorang jika mereka membeli, tapi berikan mereka bonus tersebut tanpa harus membeli dan pastikan produk yang anda tawarkan lebih dahsyat dari produk bonus yang mereka dapatkan secara gratis. Inilah betapa pentingnya seni “memberi sebelum menerima”.