Laman

Friday, April 26, 2013

Pola Tidur Berantakan, Risiko Diabetes Menghantui



Quote:Jakarta, Agar bisa tertidur pulas, tubuh memerlukan hormon melatonin karena hormon ini berperan penting dalam mengatur jam biologis seseorang. Tak heran sebuah studi baru menemukan rendahnya kadar melatonin dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada wanita.

Dalam studi ini peneliti membandingkan kondisi 370 wanita yang terserang diabetes tipe 2 antara tahun 2000-2012 (tapi tidak mengidap penyakit yang dimaksud sebelum studi dimulai) dengan 370 wanita yang tidak mengidap diabetes sama sekali. Setiap partisipan diminta mengumpulkan sampel urine-nya di pagi hari untuk mengukur kadar melatonin yang dihasilkannya semalam.

Dari situ diketahui wanita yang kadar melatoninnya rendah di malam hari berisiko dua kali lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 selama periode studi yaitu 12 tahun, dibandingkan dengan wanita yang melatoninnya tinggi.



Bahkan kaitan antara keduanya tetap ada meski peneliti telah mempertimbangkan faktor lain yang dapat meningkatkan risiko diabetes seperti usia, berat badan, kadar aktivitas fisik dan durasi tidur.

"Sejauh ini faktor-faktor yang diketahui dapat menurunkan kadar melatonin diantaranya gangguan tidur, durasi tidur yang pendek, kerja shift malam dan konsumsi obat-obatan tertentu seperti beta-blockers," tandas peneliti Dr. John Forman dari Brigham and Women’s Hospital.

Namun pada temuan ini masih dijumpai sejumlah kelemahan. Diantaranya studi ini hanya menemukan keterkaitan antara rendahnya kadar melatonin dengan risiko diabetes tipe 2 tapi tak dapat membuktikan apakah rendahnya melatonin dapat menyebabkan diabetes atau tidak.

Kelemahan lainnya, studi ini hanya melibatkan wanita kulit putih sehingga peneliti tak dapat memastikan apakah temuan ini dapat diaplikasikan pada pria ataupun ras lain.

"...dan karena temuan ini membutuhkan studi lanjutan untuk memastikan hasilnya, masih terlalu dini untuk merekomendasikan konsumsi suplemen melatonin untuk mengurangi risiko diabetes pada seseorang. Pasalnya peneliti juga tak tahu pasti bagaimana cara terbaik untuk menghasilkan kadar melatonin 'normal' di malam hari," pungkas peneliti lain Dr. Ciaran McMullan dari Brigham and Women's Hospital, Boston seperti dilansir myhealthnewsdaily, Kamis (4/4/2013).

Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association.